Kamis, 07 Maret 2013

SEX REVERSAL


Laporan Praktikum ke-6                Hari/Tanggal  : Senin/ 26 November 2012     
m.k. Fisiologi Reproduksi                Asisten             : Cahya Lestari
        Organisme Akuatik                                             


SEX REVERSAL




Intan Kurnia Sakarosa      C14100056











                            

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
I.  PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
          Dalam budidaya ikan, salah satu hambatan yang umum dialami adalah tidak tersedianya benih yang cukup dan berkesinambungan. Hal ini dapat disebabkan salah satunya adalah karena sifat berbagai jenis spesies ikan memiliki waktu pemijahan yang berbeda-beda tergantung dari waktu yang dibutuhkan ikan hingga mencapai matang gonad. Oleh karena itu peningkatan produktivitas ikan akan membutuhkan waktu yang cukup lama.
          Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi benih yaitu dengan cara sex reversal. Sex reversal merupakan teknik untuk mengarahkan atau membalikkan jenis kelamin secara buatan dari jantan genotip menjadi beina fenotip,begitu juga sebaliknya sebelum masa diferensiasi seks, metode ini dilakukan tujuan utama biasanya untuk memperoleh jenis kelamin jantan secara dini,dimana benih ikan jantan spesifikasi ikan nila lebih cepat tumbuh dan bereproduksi,tidak tergantung dengan faktor alam,lain halnya dengan betina. Selain fungsi diatas,sex reversal juga berfungsi untuk pengendalian pemijahan liar,mendapatkan jenis kelamin yang bernilai ekonomis tinggi. Bahan yang digunakan untuk melakukan sex reversal untuk maskulinisasi mengunakan Aromatase inhibitor,madu murni. Sedangkan feminisasi menggunakan Estradiol- 17b. Bahan-bahan tersebut dapat diberikan melalui pakan,pakan alami dan perendaman(bioenkapsulasi).
          Metode yang biasa digunakan yakni metode perendaman,karena relatif mudah,cocok untuk diferensiasi seks ikan yang masih berukuran atau stadia yang masih muda. Oleh karena itu, praktikum ini dilaksanakan.

1.2         Tujuan
          Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara memproduksi ikan monoseks dengan teknik sex reversal.

II.  METODOLOGI

2.1         Waktu dan Tempat
          Pelaksanaan praktikum pemijahan ikan cupang dilakukan pada tanggal 19 November 2012 sampai tanggal 3 Desember 2012 bertempat di Kolam Babakan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2.2         Alat dan Bahan
          Alat yang digunakan yaitu akuarium dan syringe, dan sendok. sedangkan bahan yang digunakan yaitu larva ikan nila (oreochromis niloticus), pakan cacing, air, air kelapa, hydro dan methilen blue.

2.3         Prosedur Kerja
2.3.1 Perendaman Air Kelapa
          Akuarium diukur terlebih dahulu untuk mengetahui volumenya. Setelah mengetahui volume dapat diketahui tinggi akuarium untuk 1 liter air. Akuarium diisi air sebanyak 1 liter. Larva ikan nila sebanyak 30 ekor dimasukan kedalam akuarium, kemudian diberi air kelapa sebanyak 10 ppt dengan menggunakan syringe. Perendaman larva ikan nila dilakukan selama 10 jam. Setelah 10 jam dilakukan penggantian air sebanyak  volume akuarium. Kemudian diberi methilen blue secukupnya. Pemeliharaan dilaksanakan selama 2 minggu. Pemberian cacing diberikan pada pagi dan sore hari.
2.3.1 Perendaman Hydro
          Akuarium diukur terlebih dahulu untuk mengetahui volumenya. Setelah mengetahui volume dapat diketahui tinggi akuarium untuk 1 liter air. Akuarium diisi air sebanyak 1 liter. Larva ikan nila sebanyak 30 ekor dimasukan kedalam akuarium, kemudian diberi air hydro sebanyak 10 ppt dengan menggunakan syringe. Perendaman larva ikan nila dilakukan selama 10 jam. Setelah 10 jam dilakukan penggantian air sebanyak  volume akuarium. Kemudian diberi methilen blue secukupnya. Pemeliharaan dilaksanakan selama 2 minggu. Pemberian cacing diberikan pada pagi dan sore hari.
III.    TINJUAN PUSTAKA

3.1         Sex Reversal
          Menurut Junior (2002), sex reversal merupakan suatu teknologi yang digunakan utuk mengarahkan perkembangan kelamin menjadi berlawanan secara buatan dengan cara merubah fenotipe jantan kebetina atau sebaliknya. Teknik ini dilakukan pada saat terdiferensiasi gonad ikan secara jelas antara jatan da betina pada waktu menetas. Beberapa metode yang sering digunakan dalam sex reversal adalah dengan cara penyuntikan, perendaman, melalui pakan (secara oral), dan bioenkapsulasi (pakan alami dan perendaman).
            
3.2     Biologi Ikan Nila
          Jenis kelamin ikan ditentukan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik yang mempengaruhi  jenis kelamin ialah kromosom yang sudah di tentukan sejak terjadinya pembuahan. Jika faktor jantan lebih dominan dari pada betina maka zigot akan tumbuh dan berkembang menjadi jantan dan sebaliknya. Proses perkembangan gonad menjadi jaringan yang lebih definitive sering disebut sebagai proses diferensiasi kelamin. Diferensiasi kelamin merupakan proses yang relative labil, sehingga kondisi ini memungkinkan dilakukakukan rekayasa kelamin. Diferensiasi kelamin pada ikan nila tergolong tipe diferensiasinya pada saat larva menetas dan berakhir selama waktu yang relative pendek, yaitu 10-40 hari dan setelah 40 hari, kelamin ikan nila mulai terdefinitifkan kearah jantan atau betina (Pandian 1995). Walaupun determinasinya kelamin pada awalnya ditentukan oleh genom individu tersebut, namun pengalihan dari kelamin genotip ke kelamin fenotip dilakukan atau dipengaruhi oleh lingkungan (Chan 1983).

3.3     Kandungan Air Kelapa dan Hydro Untuk Sex Reversal
          Kelapa (Cocos nucifera) adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon dengan batang tak bercabang dari famili Palmae (Anonim 2011). Air kelapa (Cocos nucifera) adalah salah satu sumber minuman yang mengandung ion tinggi. Proses pembentukan ionik pada air kelapa sangat kompleks. Namun, diduga bahwa air kelapa mengandung ion tinggi merupakan bentuk deposit dari mineral yang diserap oleh tanaman kelapa. Seperti diketahui, tumbuhan kelapa tumbuh dengan baik di daerah dengan posisi ketinggian tidak lebih dari 0-450 mdpl (Anonim 2011). Posisi ini merupakan posisi yang mengandung mineral tinggi karena merupakan daerah tujuan dari aliran mineral dari dataran tinggi.
          Menurut Manisha et al. (2011), pohon kelapa merupakan pohon yang telah dibudidayakan untuk beragam manfaat utamanya karena kandungan nutrisi dan kandungan kesehatannya termasuk air kelapa. Menurut penelitian Litbang LIPI (http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=7) , air kelapa mengandung unsur antara lain asam askorbat (Vitamin C), Protein, lemak, hidrat arang, kalsium atau potasium. Mineral yang terkandung dalam air kelapa antara lain kalium, dan fosfor. Kandungan ini bervariasi tergantung pada ketinggian tempat tumbuhnya tanaman kelapa. Tingginya kandungan mineral yang terdeposit dalam air kelapa banyak dimanfaatkan untuk minuman pengganti ion tubuh yang hilang.
          Berkaitan dengan sex reversal, menurut Soelistyowati et al (2007), kandungan bahan aktif yang mempengaruhi maskulinisasi pada ikan cupang adalah kandungan kalium. Hal yang sama juga berpengaruh dalam maskulinisasi ikan nila (Oreochormis niloticus). Air kelapa sebagai salah satu bahan alami yang mengandung unsur mineral kalium dengan proporsi cukup tinggi sebagai bahan untuk sex reversal. Kalium menyebabkan perubahan kolesterol yang terdapat dalam semua jaringan tubuh anak menjadi pregnenolon. Pregnenolon merupakan sumber biosintesis hormon-hormon steroid oleh kelenjar adrenal, steroid tersebut berpegaruh pada pembentukan testosteron.
          Menurut klaim dari produsen minuman dengan merek Hydro yang dirilis dalam website resmi mereka (http://id.kalbe.co.id/ProdukdanJasa/ Produk Kesehatan/ProdukAZ/tabid/403/ID/1966/FATIGON-HYDRO.aspx) maka, bisa disimpulkan bahwa kandungan bahan aktif dalam minuman ini sama saja dengan air kelapa asli. Sehingga penggunaannya juga sama. Dalam hal sex reversal maskulinisasi, unsur dari minuman ini yang juga berpengaruh adalah kalium dan ion-ion lainnya.
          Berkaitan dengan sex reversal, ada beberapa jenis hormon yang telah berhasil digunakan baik hormon alami ataupun hormon buatan. Hormon alami dalam proses maskulinisasi antara lain testosteron,  11-ketotestosteron, 11-βhydroksiandrostenedion, Androstenedion, Dehydropiandrosteron. Sedangkan hormon sintetis untuk maskulinisasi antara lain Miboleron, 9(11) dimethyltestosteron, 17α-methyltestosterone, Testosterone acetate (Pandian and Sheela 1995). Sedangkan untuk feminisasi, bahan alami yang digunakan atara lain estradiol-17β, Estrone, Estrial. Bahan sintetis yang digunakan dalam feminisasi antara lain Stillbesterol, Hexesterol, Euvastin, Ethylestermol. Masih dalam Pandian and Sheela (1995), metode pemberian yang sudah pernah dicobakan adalah dengan suplementasi pada pakan, teknik perendaman (immersion technique), dan sistem transfer (dengan penyuntikan dan implantasi silastik). Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan masing-masing tergantung kebutuhan. Namun, metode yang paling umum digunakan adalah dengan suplementasi pada pakan. Metode ini tergolong mudah dan murah juga tidak membutuhkan keahlian khusus. Namun, kelemahan metode ini adalah melarutnya hormon serta tidak seragamnya distribusi hormon pada pakan yang dimakan oleh ikan. Teknik perendaman lebih sering digunakan pada spesies ikan di air dingin. Metode ini lebih murah dibandingkan dengan suplementasi pada pakan dan tidak membutuhkan skill. Kelemahan metode perendaman adalah biasanya digunakan untuk stadia embrio dan pasca menetas. Tidak begitu mudah diterapkan dalam situasi lapangan (lebih cocok dalam skala akuarium).

3.4     Bahan Lain yang Digunakan Untuk Sex Reversal
          Penggunaan madu sebagai aromatase inhibitor, madu merupakan larutan karbohidrat yang dihasilkan oleh lebah madu. Komponen utama madu adalah dekstrosa dan levulosa. Madu juga berfungsi sebagai antioxidan, diantaranya adalah chrysin, pinobanksin, vitamin c, catalase dan pinocebrin. Zat chrysin memiliki fungsi yang dapat disamakan dengan aromatase inhibitor,  chrysin merupakan salah satu jenis flavonoid yang diakui sebagai salah satu penghambat dari enzim aromatase atau lebih dikenal sebagai aromatase inhibitor (Dean 2004). Aromatase merupakan enzim yang mengkatalis konversi testosteron (androgen) menjadi estradiol (estrogen). Sehingga dalam proses steroidogenesis  dalam sel, pembentukan  estradiol dari konversi testosteron akibat adanya enzim aromatase akan terhambat karena adanya chrysin yang berperan sebagai aromatase inhibitor dan pada akhirnya proses steroidogenesis berakhir pada pembentukan testosterone yang akan merangsang pertumbuhan organ kelamin jantan dan menimbulkan sifat-sifat kelamin sekunder jantan. Menurut Syaifuddin (2004) dalam Utomo (2008), menyatakan bahwa pemberian suplemen madu pada ikan nila GIFT memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap rasio jenis kelamin yang dihasilkan. Selanjutnya dikatakan bahwa perubahan jenis kelamin dari betina menjadi janta diduga disebabkan oleh kandungan kalium yang tinggi pada madu. Kalium berpengaruh terhadap pembentukan pregnenolon dan  kortikosteron menjadi aldosteron. Pregnenolon merupakan sumber biosintesis hormon-hormon steroid oleh kelenjar adrenal. Pregnenolon berfungsi membentuk hormon-hormon streoid dalam mitokondria yang membantu proses perubahan dari 17 hidroksi progesterone yang akan membentuk testosterone yang berfungsi sebagai hormon androgen dalam spesies jantan. Dalam masa diferensiasi sex, apabila terdapat banyak hormon androgen yang menghasilkan testosterone dalam tubuh ikan maka akan mengarahkan pembentukan sel kelamin jantan. Seperti cara kerja dari 17α-metiltestosteron (MT), yaitu dengan menambah jumlah hormon testosteron, maka jumlah hormon androgen akan lebih unggul dari estrogen sehingga merangsang perkembangan testes yang mengarahkan diferensiasi menjadi kelamin jantan (Utomo 2008).
          Selain itu, penggunaan aromatase inhibitor imidazole juga dapat digunakan dalam sex reversal, biasanya penggunaan imidazole digunakan dengan menambahkan melalui pakan. menurut Ariyanto (2010) pemberian imidazole pada genotype XY menghasilkan presentase kelamin jantan sebesar 82.03%. Penggunaan aromatase inhibitor (1,3-Diaza-2,4-Cyclopentadience) pada ikan nila (Oreochromis niloticus) (Sudrajat  2007).

   





DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Budidaya kelapa. http://www.dekindo.com/content/artikel/ budidaya_kelapa.pdf [24 November 2012]
 
Ariyanto D, Sumantadinata K. 2010. Diferensiasi kelamin tiga genotype ikan nila   yang diberi bahan aromatase inhibitor.          repository.ipb.ac.id/bitstream/ handle/ 123456789/.../2010dar. pdf?...9 [ 23             November 2012]

Junior, M. Zairin. 2002. Sex Reversal. Jakarta: Penebar Swadaya.

Manisha DM, Shyamapada M. 2011. Coconut (Cocos nucifera L.: Arecaceae): in healt promotion and disease prevention. Asian Pacific Journal of Tropical Medicine (2011) : 241-247

Pandian TJ, Sheela SG. 1995. Hormonal induction of sex reversal in fish (review). Aquaculture 138 : 1-22

Soelistyowati DT, Martati E, Arfah H. 2007. Efektivitas madu terhadap pengarahan kelamin ikan gapi (Poecilia reticulata Peters). Jurnal Akuakultur Indonesia 6(2) : 155-160

Sudrajat Agus O. 2007. Seks reversal ikan nila merah (Oreochromis            sp.)melalui perendaman larva menggunakan aromatase inhibitor. http://      repository.ipb.ac.id/bitstream/handle /.../ 4016-10629-1-PB.pdf?...1 [ 23      November 2012]

Utomo B. 2008. Efektivitas penggunaan aromatase inhibitor dan madu terhadap    nisbah kelamin ikan gapi (Poecilia reticulata Peters). http://www.             repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/ 123456789/.../C08but.pdf?...4 [ 23           November 2012]








1 komentar:

  1. PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

    menyediakan hormon B-Estradiol untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

    BalasHapus