Intan Kurnia
Sakarosa
C14100056
Tugas Artikel Kuliah mk. Manajemen
Kualitas Air
(Pengolahan Lingkungan Air Secara
Biologi)
Judul :
Rumput Laut, Kijing dan Teripang Pasir sebagai
Filter Biologi dalam Perairan Tercemar
Pencemaran dan dampak
yang ditimbulkan
Pada kasus pencemaran air yang terjadi merupakan
tantangan yang paling berat bagi pengelola lingkungan. Tantangan terberat
adalah pengelolaan limbah atau sisa yang dihasilkan tersebar. Sumber pencemaran
tersebut dapat bersumber dari limbah pertanian (pupuk dan pestisida), limbah
daerah pembangunan (sedimen padatan), dan limbah tempat pembuangan sampah dan
lain sebaginya.
Akibat yang mungkin dimunculkan dari terjadinya suatu
pencemaran adalah memperkaya perairan akan mikroorganisme yang tumbuh
dikarenakan adanya tambahan zat zat tertentu. Maka menyebabkan kandungan
oksigen rendah, sehingga menggangu kelangsungan hidup organisme di dalamnya.
Akibat kedua yang mungkin dimunculkan dari suatu pencemaran adalah penguraian sampah
organik berupa nitrat dan fosfat, sehingga memicu timbulnya pertumbuhan
ganggang dan alga yang sangat tinggi (blooming
algae).akibat ketiga yang mungkin dimunculkan dari suatu pencemaran
adalah zat zat beracun yang mampu membunuh organisme di dalamnya.
Upaya yang ditempuh
dalam mengatasi pencemaran
Salah satu sistem teknologi pengelolaan limbah pencemaran
air adalah filter biologi. Filter biologi merupakan filter atau penyaring
berupa bantuan jasad jasad renik, bakteri golongan pengurai amonia dan organisme
organisme lainnya. Sistem pengolahan air limbah secara biologi dapat berupa
penggunaan dan pemanfaatan rumput laut, kijing atau teripang pasir.
Filter biologi secara periodik perlu dibersihkan,
terutama untuk menghilangkan partikel-partikel yang mungkin dapat menimbulkan
penyumbatan. Pembersihan perlu dilakukan dengan hati-hati jangan sampai membuat
bakteri yang hidup disana mati. Pembersihan dapat dilakukan dengan cara dibilas
dengan menggunakan air bersih bebas klorin.Fungsi utama filter biologi adalah
mengurangi atau menghilangkan amonia dari air.
Air merupakan tempat berpeluangnya sebagai tempat
penumpukan limbah. Dampak pencemaran ini telah sering dikumandangkan dalam
berbagai media sosial, baik cetak maupun elektronik. Maka tidak dapat didiamkan
secara terus menerus. Diperlukan beberapa langkah upaya penanggulangan dan
pemulihan sistem pengolahan limbah. Dengan cara melakukan pemilihan sistem
teknologi pengelolaan limbah.
Dalam pengolahan air limbah, terdapat beberapa parameter
kualitas yang digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu parameter organik, karakteristik fisik, dan kontaminan
spesifik.
Parameter organik merupakan ukuran jumlah zat organik
yang terdapat dalam limbah. Parameter ini terdiri dari total oganic carbon (TOC), chemical
oxygen demand (COD), biochemical
oxygen demand (BOD), minyak dan lemak (O&G), dan total petrolum hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik dalam air
limbah dapat dilihat dari parameter total
suspended solids (TSS), p H, temperatur, warna, bau, dan potensial reduksi.
Sedangkan kontaminan spesifik dalam air limbah dapat berupa senyawa organik
atau inorganik.
Rumput Laut
Salah satu sistem teknologi pengelolaan limbah adalah
dengan penggunaan rumput laut yang dijadikan karena kemudahannya dalam
penanaman dan kemampuan beradaptasi pada lingkungan yang baik. Dari sisi biologi, banyak pilihan biota lain
yang dapat dimanfaatkan dalam biofilter perairan. Dari keunggulan rumput laut
yang mudah beradaptasi terhadap perubahan lingkungan ekstrim, baik salinitas,
cahaya, dan suhu.
Pemanfaatan rumput laut sebagai biofilter tidak terbatas
pada pengelolaan pencemaran di kawasan perairan payau, namun dapat pula
diintregasikan dengan upaya pengelolaan limbah dari sumber lain, seperti limbah domestik, pertanian, dan
industri. Integrasi rumput laut dalam kegiatan budidaya di perairan payau
secara sederhana dapat dilakukan dalam satu kolam. Dengan menanam rumput laut
bersama dengan ikan yang sedang
dibudidayakan. Namun hal ini juga tidak menutup kemungkinan peluang berbagai
modifikasi.
Gambar-1. Aplikasi Sistem Biofiter
Rumput Laut dalam Perairan Tercemar
Dalam
gambar di atas merupakan pemanfaatan air yang dilakukan dengan cara terlebih
dahulu mengalirkan air pond ke dalam areal yang ditanami rumput laut sebagai
biofilter. Selanjutnya air dialirkan keluar menuju tambak dan masuk ke perairan
payau dan dialirkan kembali ke pond untuk dimanfaatkan kembali.
Kijing
Sistem teknologi pengelolaan limbah dengan penggunaan
kijing yang dijadikan karena kemampuan kijing yang sangaat efektif dalam
memanfaatkan plankton yang terkandung dalam perairan (tercemar). Dengan dibuktikannya penemuan kandungan dalam
lambung kijing berupa plankton yang telah diubah menjadi bentuk protein, untuk
penunjang daya kelangsungan hidup dirinya. Hal ini tentunya dapat menjadi
sorotan bahwa penggunaan ijing dalam suatu perairan tercemar mampu meningkkatkan
kualitas perairan. Filter biologi atau biofilter memanfaatkan organisme yang
dapat mengakumulasi dan mendegradasi bahan tercemar serta tidak menimbulkan
dampak baru terhadap lingkungan, sehingga diharapkan menjadi cara yang efektif,
efisien, dan aman (Muliani et al. 1998).
Gambar-2.
Aplikasi Sistem kijing dalam Perairan Tercemar
Teripang Pasir
Sistem teknologi pengelolaan limbah adalah dengan
penggunaan teripang pasir yang dijadikan sebagai biologi filter dalam pencemaran
perairan karena kemampuan teripang pasir dalam menurunkan kadar TOM (Total
Organik Matter) dalm air dari kandungan bahan bahan organik, serta sejumlah
bakteri patogen lainnya. Penerapan
teknologi filter biologi pada perairan tercemar menggunakan teripang pasir
mampu mengurangi jumlah akumulasi bahan organik, dan penyebab penyebab
pencemaran dalam perrairan lainnya.
Terjadinya peningkatan kandungan oksigen dala perairan
tercemar yang telah dilalui penggunaan biologi filter berupa teripang pasir
dikarenakan terjadinya penurunan sejumlah bakteeri patogen dalam perairan
tercemar tersebut, sehingga menyebabkan kandungan oksigennya naik. Konsentrasi
oksigen terlarut dala perairan akan mengalami peningkatan dengan menurunnya
aktivitas dan jumlah populasi bakteri (Kordi &Tancung 2007).
Daftar Pustaka
Kordi, M. G. H.
K & A. B., Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan.
Rineka Cipta, Jakarta: xiv +210 hlm.
Mufti P. Patria, Putri .B &
Soedjiarti Titi. 2010. Potensi Teripang Pasir (Holothuria scabra Jaegar 1833)
sebagai Biofilter Limbah Budidaya Intensif Udang Putih ( Litopenaeus vannamei
Boone 1931). Magister Ilmu Kelautan Sains Hayati FMIPA Universitas Indonesia.
Muliani,
M. Atmomarsono & M. Medeali. 1998. Pengaruh Penggunaan Kekerangan sebagai Biofilter Terhadap Kelimpahan
dan Komposisi Jenis Bakteri pada Budidaya Udang
Windu (Penaeus monodon) Sistem Resirkulasi Air. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
4(4): 54-61.
Selfi.
N. S. 2007. Potensi Kijing (Pilsbryoconcha exillis, Lea) sebagai Biofilter
Perairan di Waduk
Cirata, Kabupaten Ciabjur, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar