Kamis, 07 Maret 2013

Manajemen Kualitas Fisik Air Dengan Bahan Fisik (Water Physyc Quality Management by Physych Material)


ipb logo.pngLaporan Praktikum Mk. Manajemen Kualitas Air
Departemen Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
2012
 

Manajemen Kualitas Fisik Air Dengan Bahan Fisik
(Water Physyc Quality Management by Physych Material)

Endang Saefuddin, Mohammad Alfiansyah, Riyan Maulana, Bagus Mukmin Pramuditho,  Intan Kurnia Sakarosa, Netty Dwi Candrawati, Adriyani  Br. Ginting, Ovie Indria, Dian Eka Rahmadani, Ria Septy Anggraini
Asisten: Kurnia Faturrahman dan Mafatih Devi S


Abstrak
Manajemen kualitas air merupakan kegiatan dalam penentuan keberhasilan kegiatan budidaya perairan. Ada tiga parameter yang diperhatikan dalam kegiatan  ini, yaitu parameter fisik, kimia, dan biologi. Pada praktikum ini akan diukur parameter fisik air dari segi kekeruhan dengan menggunakan bahan fisik, parameter lainnya yaitu suhu, pH, DO, dan TAN diukur untuk membantu dalam kelangsungan hidup ikan percobaan, yakni ikan koi (Cyprinus carpio). Dengan penyiapan delapan buah akuarium ditambah pemberian substrat berupa pasir malang, pasir silika, batu zeolit, batu bata, batu split, paving block, dan  akuarium kontrol dalam dan luar. Selama 14 hari ikan dipelihara dengan pemberian pakan dengan pengukuran parameter yang dilakukan sebanyak 4 kali. Tingkat kekeruhan pada akuarium kontrol dalam terus meningkat, namun tingkat kekeruhan tertinggi terdapat pada akuarium kontrol luar yang mencapai 34 NTU dengan retensi yang rendah. Tingkat kekeruhan terendah terdapat pada akuarium pasir malang dengan nilai 1.2 NTU.
Kata kunci:
Manajemen kualitas air, Filter fisik, ikan koi (Cyprinus carpio), kekeruhan


PENDAHULUAN
Budidaya merupakan suatu kegiatan dimana salah satu tujuannya yaitu untuk melestarikan suatu organisme atau makhluk hidup yang bernilai ekonomis dimana dilakukan dalam lingkup yang terkontrol. Dalam kegiatan budidaya tersebut, tentunya para pembudidaya harus benar–benar mengelolah suatu usaha budidayanya dengan baik untuk kelangsungan hidup organisme yang dibudidayakan, dalam hal ini terhadap para pembudidaya ikan.
Air merupakan salah satu media yang secara langsung dapat mempengaruhi kelangsungan hidup organisme akuatik yaitu ikan, misalnya terhadap kondisi fisika dan kimianya. Dalam hal ini, peran pembudidaya sangat dibutuhkan dalam manajemen atau cara pengelolaan yang baik dan terstruktural mulai dari pra produksi hingga pemasaranya.
Seiring dengan berkembangnya industri, baik industri rumah tangga maupun industri perusahaan dan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan air semakin meningkat sementara tingkat pencemaran terhadap air juga semakin tinggi. Air bersih kini sulit untuk didapatkan karena telah terkontaminasi oleh berbagai zat berbahaya dan keruh. Ada beberapa cara untuk mengatasi kekeruhan tersebut diantaranya yaitu menggunakan filter fisik dan bahan kimia. Filter fisik yang digunakan adalah pasir malang, zeolit, batu bata, silika, batu split, pauling block, kontrol dalam, dan kontrol luar.
Parameter fisika kimia yang diukur adalah suhu, pH, DO, TAN, dan kekeruhan. Seperti yang kita ketahui pengukuran parameter ini berguna untuk pengontrolan media budidaya perairan. Oleh karena itu maka dilakukanlah praktikum ini untuk mengontrol lingkungan budidaya agar ikan dapat tumbuh dan hidup. Jenis ikan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan Koi (Cyprinus caprio) sebanyak 10 ekor untuk masing-masing kelompok.
Pengelolaan kualitas air yang kontiniu merupakan faktor eksternal lain yang menentukan keberhasilan usaha budidaya, karena berkaitan yang erat antara lingkungan perairan dengan berkembangnya hama dan penyakit pada organisme air tawar yang dipelihara. Dengan demikian pengelolaan lingkungan budidaya akan menentukan keberhasilan dan keberlanjutan usaha budidaya.Lingkungan perairan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keseimbangan fisiologis dari alat-alat tubuh ikan, yang diperlukan untuk pertumbuhan dan reproduksi ikan. Bila terjadi perubahan/ketidakseimbangan dapat menimbulkan penyakit bahkan kematian bagi ikan budidaya itu sendiri.
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik manajemen kualitas air melalui manajemen faktor fisiknya dengan memanfaatkan sistem pengendapan dengan bahan fisik.

METODOLOGI
Waktu dan tempat
Praktikum mengenai Manajemen Kualitas Fisisk Air dengan Bahan Fisik dilakukan di Laboratorium Lingkungan, departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Praktikum ini dilakukan selama 10 hari yaitu mulai dari tanggal 12 September-21 September 2012. Pemeliharan ikan dilakukan selama 9 hari. Selama masa pemeliharaan, kualitas air diukur sebanyak 4 kali yaitu pada tanggal 12, 14, 19, dan 21 September 2012.



Alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan meliputi: akuarium berukuran 49x30x31 m3, pipa, fiber glass, solder, dan aerator. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu substra fisik (pasir malang, batu zeolite, pasir silika, batu bata, dan batu split), ikan mas koi (Cyprinus carpio), air dan pakan.

Prosedur kerja
Manajemen kualitas fisik air dengan bahan fisik yang dicobakan yaitu 8 sistem filtrasi akuarium meliputi:  akuarium dengan substrat (pasir malang, batu zeolite, pasir silika, batu bata, dan batu split), akuarium dengan kontrol di dalam ruangan, dan akuarium kontrol di luar ruangan. Pembuatan 8 sistem filtrasi itu pada dasarnya sama. Akuarium dan substrat yang akan digunakan dicuci hingga bersih, kemudian pipa sepanjang ±10-15 cm dan fiber glass dipotong sesuai ukuran akuarium serta dibolongi dengan solder. Lalu akuarium yang telah dibersihkan dimasukkan pipa yang telah disusun, dilanjutkan dengan memasukkan fiber glass di atas pipa tersebut. Selanjutnya substrat dimasukkan ke dalam akuarium di atas fiber glass ketinggi 5cm. kemudian air dimasukkan setinggi 13 cm dari atas substrat dan aerator dipasang. Perlakuan ini juga dilakukan pada substrat yang lainnya dan juga kontrol. Hanya saja akuarium dengan perlakuan control tidak diberi substrat. Akuarium-akuarium yang telah diset tersebut tidak langsung dimasukkan ikan yang akan dicobakan didalamnya melainkan diendapkan terlebih dahulu selama 24 jam. Setelah 24 jam barulah ikan mas koi sebanyak 10 ekor dimasukkan kedalamnya.
. Kualitas air yang diukur meliputi nilai DO, pH, TAN, suhu, dan kekeruhan. Selama pemeliharaan ikan diberi pakan dengan frekuensi tiga kali sehari secara ad satiation (sekenyangnya).






HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berikut adalah hasil pengukuran beberapa parameter pada masing-masing substrat:
Tabel 1. Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air

Substrat
Pengukuran ke-
pH
Suhu
(0C)
DO
TAN
(mg/l )
Kekeruhan (NTU)
Pasir malang
0
8,16
27,1
6,1
0,037
12,3

1
6,03
25
6,3
3,4756
5,1

2
6,97
26,5
4,5
0,8241
2,0

3
7,17
27,2
5,4
0,17
1,23
Zeolit
0
8,17
27
6,1
0,042
38

1
6,65
26,1
5,2
0,074
12,3

2
7,68
26,5
4,0
0,194
5,0

3
7,38
27,6
6,3
0,054
5,7
Batu Bata
0
8,3
27
6,2
0,041
26

1
5,35
26,7
5,3
0,654
6,2

2
7,24
26,8
4,8
0,949
3,3

3
7,5
27
4,2
0,182
3,9
Silika
0
8,15
27,3
5,0
0,0196
18,2
                 
1
6,95
26,7
5,2
1,227
4,6

2
7,3
26,2
5,0
0,877
2,5

3
7,76
25
2,0
0,1339
3,3
Batu split
0
7,71
26,4
5,8
0,043
23

1
6,37
26,5
5,1
0,493
4,7

2
7,49
27
4,8
0,200
2,6

3
7,8
27,1
5,5
0,032
1,6
Paving Block
0
5,9
26,4
7,86
0,0279
14,5

1
6,34
26,8
4,4
0,1503
5,5

2
7,06
25
4,5
0,607
2,9

3
7,38
27,4
6,6
0,254
1,9
Kontrol dalam
0
8,05
26,3
5,3
0,02564
10,2

1
8,5
26,6
5,6
0,2156
6,7

2
7,33
27
3,2
0,528
10,1

3
7,3
25
6,7
0,3
6,4
Kontrol luar
0
8,06
26
5,5
0,0137
6,1

1
6,63
26
5,6
0,0428
5,1

2
7,53
26,9
3,3
0,286
25

3
7,83
27
3,9
0,904
34


Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pH tertinggi terdapat pada kontrol dalam pengukuran hari ke-1 sebesar 8.50 dan terendah pada substrat batu bata pengukuran hari ke-1 sebesar 5.35. Suhu tertinggi terdapat pada substrat batu zeolit pengukuran hari ke-3 sebesar 27.6oC dan terendah pada substrat pasir malang pengukuran hari ke-1, substrat silika pengukuran hari ke-3,substrat paving block pengukuran hari ke-2 sdan control


























dalam pengukuran hari ke-3 ebesar 25oC. Kadar DO tertinggi terdapat pada substrat paving block pengukuran hari ke-0 sebesar 7.86 dan terendah pada batu silika pengukuran hari ke-3 sebesar 2.00. TAN tertinggi terdapat pada substrat pasir malang pengukuran hari ke-1 sebesar 3.4756 dan terendah pada kontrol luar pengukuran hari ke-0 sebesar 0.0137. Sedangkan nilai kekeruhan tertinggi terdapat pada substrat batu zeolit pengukuran hari ke-0 sebesar 38.0 dan terendah terdapat pada substrat pasir malang pengukuran hari ke-3 sebesar 1.23.








Berikut adalah grafik hasil pengukuran pH pada beberapa substrat :
Grafik 1. nilai pH terhadap berbagai macam substrat
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa pH tertinggi terdapat pada kontrol dalam pengukuran hari ke-1 ditandai warna merah sebesar 8.50 dan terendah pada substrat batu bata pengukuran hari ke-1 ditandai warna merah sebesar 5.35.
Berikut adalah grafik hasil pengukuran suhu dari berbagai substrat yang digunakan :
Grafik 2. nilai suhu terhadap berbagai macam substrat
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa Suhu tertinggi terdapat pada substrat batu zeolit pengukuran hari ke-3 ditandai warna ungu sebesar 27.6oC dan terendah pada substrat pasir malang pengukuran hari ke-1 ditandai warna merah, substrat silika pengukuran hari ke-3 ditandai warna ungu, dan substrat paving block pengukuran hari ke-2 ditandai warna hijau, dan kontrol dalam pengukuran hari ke-3 ditandai warna ungu sebesar 25oC.
Berikut adalah grafik hasil pengukuran DO dari berbagai substrat yang digunakan :

Grafik 3. nilai DO terhadap berbagai macam substrat
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa kadar DO tertinggi terdapat pada substrat paving block pengukuran hari ke-0 ditandai warna biru sebesar 7.86 dan terendah pada silika pengukuran hari ke-3 ditandai warna ungu sebesar 2.0.
            Berikut adalah grafik hasil pengukuran TAN dari berbagai substrat yang digunakan :
Grafik 4. nilai TAN terhadap berbagai macam substrat
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa kadar TAN tertinggi terdapat pada substrat pasir malang pengukuran hari ke-1 ditandai warna merah sebesar 3.4756 dan terendah pada kontrol luar pengukuran hari ke-0 ditandai warna biru sebesar 0.0137.
           



Berikut adalah grafik hasil pengukuran kekeruhan dari berbagai substrat yang digunakan :
Grafik 5. nilai kekeruhan terhadap berbagai macam substrat

Berdasarkan grafik dapat diketahui bahwa nilai kekeruhan tertinggi terdapat pada substrat batu zeolit pengukuran hari ke-0 ditandai warna biru sebesar 38.0 dan terendah terdapat pada substrat pasir malang pengukuran hari ke-3 ditandai warna ungu sebesar 1.23.

Pembahasan
Dalam akuakultur (budidaya perairan), tiga komponen utama yang terlibat di dalamnya adalah biota yang dipelihara (ikan), lingkungan (media pemeliharaan) dan pakan. Lingkungan akan memberikan pengaruh langsung terhadap kelangsungan hidup ikan. Oleh karena itu, air sebagai media hidup ikan harus terjaga kualitasnya. Kualitas air yang baik merupakan syarat utama untuk kelangsungan hidup ikan. Upaya menjaga kualitas air dengan manajemen kualitas air melalui filter fisik akan mempengaruhi secara langsung terhadap fungsi fisiologis yang ada di dalam tubuh ikan.
            Sistem pengendapan pada masing-masing filter secara umum memiliki mekanisme yang sama. Kotoran dari buangan feses ikan serta pakan akan mengendap pada dasar akuarium serta masuk pada sela-sela filter fisik seperti batu split, batu bata, zeolit dan lainnya. Karena filter yang digunakan bukan sistem under gravel maka kotoran akan mengendap di dasar batuan filter. Pengendapan tersebut disebabkan karena adanya tarikan gaya gravitasi bumi.
Hal yang membedakan pada masing-masing filter adalah sela-sela batuan yang terbentuk karena tumpukan filter. Filter batu split akan memiliki sela batuan yang besar karena batu split berukuran besar sehingga kotoran akan mudah masuk ke sela-sela batuan. Batuan zeolit atau silika mempunyai sela-sela batuan yang sempit akan tetapi banyak jumlahnya sehingga kotoran akan sulit masuk ke sela-sela tetapi jika sudah masuk ke sela, kotoran akan sulit terangkat ke atas karena terjebak di sela-sela batuan.
Filter fisik silika memiliki sela batuan yang kecil-kecil akan tetapi jumlahnya banyak. Kotoran akan sulit masuk ke sela-sela batuan akan tetapi jika sudah masuk sela batuan kotoran akan sulit terangkat. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai kekeruhan pada awal penebaran sekitar 18.5 NTU kemudian setelah tiga hari kekeruhannya menjadi 3.3 NTU. Dengan demikian, pasir silika efektif mengurangi kekeruhan pada air.
            Hajil uji manajemen kualitas air pada pemeliharaan ikan mas koi dengan berbagai filter fisik pasir malang menunjukkan nilai pH dan suhu yang cenderung stabil, nilai DO dan TAN yang fluktuatif, serta nilai kekeruhan yang semakin rendah. Kemampuan pasir malang dalam menekan kekeruhan karena strukturnya yang memiliki rongga-rongga halus sehingga sangat porous dalam menyaring kotoran dalam air. (Anonim 2012).
            Hajil uji manajemen kualitas air pada pemeliharaan ikan mas koi dengan berbagai filter fisik zeolit yang menunjukkan nila pH fluktuatif, nilai suhu dan DO yang semakin tinggi. Menurut Febriana (2009), Filter fisik batu zeolit memiliki keunggulan menetralkan pH, menyaring partikel besar, menambah mineral, dan menanggulangi Fe, Mn dan sulfur. Meskipun hasil nilai pH fluktuatif, namun masih dalam batas normal dan ini didukung dengan luas permukaan  zeolit yang besar dengan ukuran pori yang kecil membuat zeolit bertidak sebagai penukar ion yang baik di dalam suatu perairan sehingga air tidak mudah tercemar dengan dengan sisa-sisa pakan (Rahmawati 2009). Hal ini ditunjukkan dengan nilai TAN rendah, dan nilai kekeruhan menurun drastis namun terjadi sedikit kenaikan diakhir pemeliharaan.
            Hasil uji manajemen kualitas air pada pemeliharaan ikan mas koi dengan berbagai filter fisik batu bata  menunjukkan nilai pH dan suhu cenderung stabil, nilai TAN fluktuatif, nilai DO dan kekeruhan semakin menurun meskipun terjadi kenaikan sedikit diakhir pemeliharaan. Hal ini sesuai dengan karakteristik bahan dasar dalam pembuatan batu bata berupa tanah dengan bahan tambahan air terdiri dari 4 komponen yaitu bahan mineral, zat organic, air dan udara. Zat organik dalam tanah terdiri dari biomasa tanaman dari berbagai tingkat pengurian dan pembusukan yang akan menciptaka ruang-ruang yang berpori dan saluran tanah sehingga mempunyai kemampuan penyerapan terhadap air yang tinggi, dapat menaikkan pH perairan. Batu bata juga dapat berfungsi untuk menghilangkan bau, warna, zat pencemar dalam air, sebagai pelindung dan peukaran resin, serta sebagai penyulingan air (Aidah dkk 2009).
            Hasil uji manajemen kualitas air pada pemeliharaan ikan mas koi dengan berbagai filter fisik silika menunjukkan nilai suhu fluktuatif, semakin rendah. Hal itukarena suhu ideal untuk tumbuh ikan Koi adalah 15ºC – 25ºC, penurunan dankenaikansuhu hingga 5ºC dalam tempo singkat sudah dapat mengakibatkan ikan Koi stress (Tiara dan Murhananto (2002)dalamRahmawati (2009).Nilai DO cenderung stabil namun diakhir pemeliharaan terjadi penurunan yang drastis. Menurut Ghufran HM et.al. (2007), Pasir silika merupakan hasil dari pelapukan bebatuan yang mengandung mineral utama seperti kuarsa dan feldspar. Kegunaan Pasir silika adalah untuk menghilangkan sifat fisik air, seperti kekeruhan/air berlumpur dan menghilangkan bau pada air. Hal itu yang membuat hasi uji kekeruhan semakin kecil nilainnya.
            Pada umumnya pasir silika digunakan pada tahap awal sebagai saringan dalam pengolahan air kotor menjadi air bersih. Pasir Silika banyak digunakan untuk menyaring lumpur, tanah dan partikel besar /kecil dalam air dan biasa digunakan untuk penyaringan tahap awal (pre-treatment). Pasir silika adalah untuk menghilangkan kandungan besi (Fe), menghilangkan sedikit Mangan (Mn2+) dan warna kuning pada air tanah atau sumber air lainnya. Fe dan Mn dalam air biasanya diturunkan dengan cara aerasi air pada pH>7 sehingga kedua logam ini mengendap sebagai oksidanyakarenaitulah nilai TAN yang didapatkansemakin rendah. Hal ini pula yang menyebabkan nilai pH cenderung stabil danmerupakan kisaran pH yang dibutuhkan ikan Koi agar tumbuh sehat yaitu pada kisaran 6,5 – 8,5 (Effendy 1993dalamRahmawati A. (2009).     
MenurutLesmana (2011), batu split merupakan batu yang digunakandalam prosespemurnian air berbentukpecahan dan terdapat mikrooganismepenguraitumbuhpada media yang luaspermukaannyadiperbesarolehbatu split. Sehingga, partikelberukurankecilhinggabesardapatdisaringolehbatu split dankualitas air menjadisemakinbaik. Hajil uji manajemen kualitas air pada pemeliharaan ikan mas koi dengan berbagai filter fisik batu split menunjukkan terbaik dengan nilai pH dan DO cenderung stabil, nilai suhu semakin bertambah dalam batas onormal, nilai TAN dan kekeruhan semakin menurun.
            Hasil uji manajemen kualitas air pada pemeliharaan ikan mas koi dengan berbagai filter fisik paving blok menunjukkan nilai pH semakin meningkat, nilai suhu, nilai DO, dan nilai TAN yang fluktuatif, sertanilai kekeruhan yang semakin kecil.  Menurut SII-0819-88 dalamArtiyani (2010),paving block merupakan suatu komposisi bahan bangunan yang diformulasi dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air, dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton dengan karakteristik mirip mortar Pori-pori yang terdapat pada paving block ini mampu menyerap air serta partikel-partikel yang terdapat di dalamnya dan kandungan silika yang berasal dari salah satu bahan penyusunnya yaitu semen Portland dapat menekan kekeruhan dalam air. Karena itulah, hasil uji menunjukkan nilai kekeruhan yang semakin kecil.
            Hasil uji manajemen kualitas air pada pemeliharaan ikan mas koi dengan berbagai perlakuan, yaitu  akuarium kontrol dalam menunjukkan nilai pH diakhir pemeliharaan stabil, nilai suhu , DO, TAN , dan nilai kekeruhan cenderung fluktuatif. Hal ini karena akuariumdalam memiliki kondisi tidakmemiliki penyaringan dan tidak mendapatkansinarmatahari secara intensif dan langsung, tetapi mendapatkan sinar daripeneranganlampusaja sehingga hasil fotosintesis plankton dalam perairan sebagai penghasil oksigen tidak maksimal.
Zeolit merupakan jenis batu yang dapat mengeliminasi bakteri E.coli dalam air (Setyowati Endang 2008). Kegunaan batu zeolit pada tahapan proses pengolahan air meliputi proses netralisasi, flokulasi/koagulasi, sedimentasi dan filtrasi. Zeolit juga mampu menurunkan kandungan amoniak yang terdapat di dalam air (Herry 2007 dalam Setyowati Endang 2008). Zeolit memiliki dua sifat yang sangat penting yaitu sebagai kapasitas pengikat ion NH4+ yang berasal dari ammonia sangat besar dan afinitas zeolit terhadap ion-ion yang memiliki sifat racun (Setyowati Endang 2008). Reaksinya sebagai berikut:
K 2 Z.MnO.Mn 7 O+ 4 Fe (HCO 3)2 = K 2Z + 3 MnO 2 + 2 Fe2 O3 + 8 CO2  + 4 H2 O
K 2 Z.MnO.Mn 7 O+ 2 Mn (HCO 3)2 = K 2Z + 5 MnO 2 + 4CO2 +2 H2 O
            Reaksi yang terjadi di dalamakuariumkontrol dalam yaitu nitrit (NH2) dengan hemoglobin darahdapatmengubahpembentukanHb (Fe2+)menjadiMetHb (Fe3+) sehinggatidakdapatmengangkutoksigen yang menyebabkan organism kekuranganoksigendanmenjadimatilemas (Yuningsih). Reaksikimialainnnyaadalahreaksiantaramasuknnyaoksigendan CO2kedalamtubuhikan.Jikakadar CO2rendah, makaoksigenakanbanyak yang diseraptubuh, sebaliknya, jika CO2tinggi, makaHbakanmengikat CO2. Hal tersebutterjadikarena CO2leihmudahdiikatolehHbdibandingkan O2 (Affandi (2004) dalamAfriantoet.al.(2005)).Faktor lainnya yang mempengaruhikualitas air adalahlarutnya pakan sehinggamengalamidegradasifisikdan nutrient (Afriantoet.al. 2005).
            Hasil uji manajemen kualitas air pada pemeliharaan ikan mas koi dengan berbagai perlakuan, yaitu akuarium kontrol luar menunjukkan nilai pH ,nilai TAN, dan nilai kekeruhan semakin tinggi, nilai suhu stabil, serta nilai DO semakin menurun. Hal itu terjadi akibat akuarium kontrol luar memiliki kondisi terpapar langsung dengan sinar matahari dan tidak memiliki substrat tempat kotoran budidaya menempel, sehingga kualitas air pada akuarium kontrol luar memiliki kekeruhan yang lebih tinggi dibandingkan pada akuarium kontrol dalam yang sama-sama tidak memiliki sustrat didasar akuarium. Kekeruhan di dalam air disebabkan adanya kelebihan sisa pakan dan bangkai ikan mati dalam akuarium. Ada Selain itu penyebab kekeruhan lainnya adalaha zat tersuspensi, seperti lempung, lumpur, zat organik, plankton, dan zat–zat halus lainnya.
Mekanisme yang terjadi adalah terdapatnya cahaya matahari yang masuk pada akuarium, sehingga menumbuhkan plankton plankton pada akuarium. Lalu dengan terdapatnya plankton, maka akan memicu tumbuhnya bakteri dalam akuarium. Hal inilah salah satu faktor penyebab kekeruhan yang terjadi pada akuarium  kontrol luar lebih tinggi daripada akuarium kontrol dalam.Rumus kimia air dalam lingkungan laboratorium adalah H2O. Tetapi kenyataannya di alam, rumus tersebut menjadi H2O + X, dimana X berbentuk karakteristika bilogik (bersifat hidup) ataupun berbentuk karakteristika non biologic (bersifat mati). Pengotor yang ada dalam air yang akan diolah sebelum digunakan dalam industri dapat bermacam – macam diantaranya adalah kekeruhan (turbidity) (Anonim 2012).

KESIMPULAN
Bahan fisik dapat digunakan dalam teknik manajemen kualitas air dengan metode pengendapan. Hasil terbaik ditunjukan pada pengendapan bahan fisik menggunakan pasir malang dengan tingkat kekeruhan yang semakin menurun.

DAFTAR PUSTAKA
Adenium M. 2011. Mengenal lebih Dekat Pasir, Kerikil, dan Kerakal Malang. http://mitra-adenium.com/2011/09/mengenal-lebih-dekat-pasir-kerikil-dan.html. [20 september  2012].
Afriantoet.al.2004.Pakan Ikan. Jogjakarta: Kanasius.
Aidah dkk. 2009. Efektifitas Batu Bata Sebagai Media Filter Dalam Menurunkan Kekeruhan        Dan Jumlah Mikroba Pada Air Limbah Tahu. http://digilib.unimus.ac.id  /files/disk1/104/ jtptunimus-gdl-nahdhiyatu-5193-1-abstrak.pdf. [23 September 2012].
Anonim1. 2009. Filter split . http://www.o-fish.com [20 september 2012].
Anonim2. 2012. Pasir malang, karbon aktif, pasir silika, pasir zeolite dan media lainnya. http://gudangragam.com/16421/pasir-malang-karbon-aktif-pasir-silika-pasir-zeolite-dan-media-lainnya-bandung [22 Mei 2012].
Anonim4. 2011. Jual pasir silika. http://www.purewatercare.com [20 september 2012]
Anonim. 2012. Pasir malang, karbon aktif, pasir silika, pasir             zeolite dan media lainnya. http://gudangragam.com. [20 September 2012].
Artiyani, Anis. 2010. Pemanfaatan abu pembakaran sampah sebagai bahan alternatif pembuatan paving block. Spectra No. 16 Volume VII: 1-11.
Febriana. 2009. Filter penyaring penjernih air. http://www.scribd.com .[20   September 2012].
Ghufran HM et.al. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam      Budidaya Perairan.     Jakarta:           Rineka Cipta.
Lesmana. 2011. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Jakarta :Penebar Swadaya.
Rahmawati A. 2009. PenurunanKandunganMangan (Mn) dariDalam Air MenggunakanMetodeFiltrasi.Skripsi.FakultasKejuruanIlmuPendidikan, UniversitasSebelasMaret
Rizaldy.2012. DayaSerap Batu Bata. http://rizaldyberbagidata.Scribd.com.html  (20 September 2012).
Setyowati E. 2008. Meningkatkan Kualitas Air Sungai dengan Katalisator Batuan dan Arang Kasus Pemukiman Pinggir Kota di Dusun Grobogan. Jurnal. Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Widya Mataram Yogyakarta.
UNDIP. 2011. Paving block. http://eprints.undip.ac.id/34287/5/1792_chapter_II.pdf [19 september 2012]







Tidak ada komentar:

Posting Komentar