Selasa, 04 Maret 2014

Ringkasan PKL Patin Cijengkol- Subang Jawa Barat- Indonesia

                                      RINGKASAN SEMINAR PRAKTIK LAPANGAN AKUAKULTUR
                            PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA
                            DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
                            FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
                            INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Judul
:
Pembenihan Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) di Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Subang
Nama
:
Intan Kurnia Sakarosa
NRP
:
C14100056
Pembimbing
:
Prof. Dr. Ir. Daniel Djokosetiyanto, DEA.
Hari/tanggal
:
Rabu/22 Januari 2014
Waktu/tempat
:
10.00-11.00/R. Gambar

PENDAHULUAN
Ikan patin merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi, dan saat ini menjadi salah satu komoditas yang digalakan oleh KKP untuk ditingkatkan produksinya. Produksi patin Indonesia pada tahun 2011 sekitar 229 ribu ton dengan data produksi benih sekitar 541 juta ekor (KKP 2012). Kebutuhan untuk konsumsi cenderung semakin meningkat sebagai sumber protein hewani (Arafah dan Carman 2008).
Salah satu instansi yang telah melakukan pengembangan budidaya patin siam adalah Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Cijengkol Subang. Kegiatan pembenihan patin terutama patin siam di BPBAT Subang sudah memiliki kapasitas yang baik dalam pengembangan pembenihan air tawar terutama ikan patin. Kegiatan yang telah terorganisir mulai dari kegiatan pemeliharaan induk, kultur pakan alami, pemijahan dan pembenihan telaksana dengan baik. Di sisi lain balai inilah yang menjadi Catfish Center di wilayah Jawa Barat. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan dalam menhasilkan benih- benih ikan catfish khususnya patin tidak diragukan lagi.
METODE PELAKSANAAN
Kegiatan praktik lapangan pembenihan ikan patin telah dilaksanakan pada tanggal 24 Juni sampai dengan  3 Agustus 2013, bertempat di Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Subang. Balai ini terletak di Jl. Sukamandi-Purwadadi KM. 2, Desa Rancabango, Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang.
Komoditas yang akan dipelajari pada praktik lapangan akuakultur ini adalah pembenihan ikanpatin siam (Pangasiushypopthalmus).  Adapunhal-hal yang akandipelajaridandilaksanakanberkaitandenganpembenihanikanpatinbesertaaspek-aspekpendukunglainya.
Kegiatan lapangan pembenihan ikan patinini meliputi pengumpulan data primer dan data sekunder yang dilaksanakan melalui:
1)                  Mengikuti secara langsung seluruh kegiatan di lokasi praktik dengan  membantu pelaksanaan kegiatan budidaya guna meningkatkan keterampilan budidaya secara aplikatif.
2)                  Mengobservasi fasilitas dan kegiatan budidaya patin siam yang dilaksanakan.
3)                  Melakukan wawancara dalam bentuk tanya jawab (diskusi) dengan pimpinan operasional, teknisi lapangan, staf pegawai dan pihak-pihak lain yang terkait atau kompeten di bidang pendederan patin siam.
4)                  Melakukan studi pustaka dengan cara mencari keterangan ilmiah dan teoritis dari berbagai kepustakaan yang relevan guna mencari solusi.
5)                   
KEADAAN UMUM
Unit Budidaya Air Tawar Subang (UPBAT) didirikan pada tahun 1979 yang kemudian berganti nama menjadi Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Cijengkol, Subang. Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Subang sebagai salah satu UPTD milik Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat memiliki tugas dalam hal pengembangan komoditas ikan patin. BPBAT Cijengkol Subang dibentuk sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan dan teknologi tentang budidaya air tawar serta diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan, produksi, pendapatan, dan kesejahteraan petani  ikan di daerah Jawa Barat.
Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Subang terletak di wilayah Pantai Utara Jawa Barat yang beralamat di Jl. Sukamandi-Purwadadi KM 2, Desa Rancabango, Kecamatan Patokbeusi, Subang dan memiliki lahan seluas 5 Ha. Luas areal secara keseluruhan 7,5 Ha terdiri atas 5 Ha di lokasi utama BPBAT Cijengkol Subang, yang terdiri dari daratan seluas 1,5 hektar dan perkolaman seluas 3,5 hektar  dan 2,5 Ha di lokasi Desa Kalijati, Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang.
Tabel 1. Fasilitas utama di BPBAT Subang
No
Wadah
Bahan
Bentuk
Luas
Jumlah
1
Kolam pemeliharaan induk betina dan induk jantan
Semi permanen
Persegi panjang atau segi tiga
200 m2 (betina)
50 m2 (jantan)
13 buah (betina)
6 buah (jantan)
2
Kolam penampungan induk betina dan jantan
Permanen
Persegi panjang
20 m2
5 buah
3
Kolam pemeliharaan calon induk
Semi permanen
Persegi panjang atau segi tiga
900 m2 (betina)
210 m2 (jantan)
4 buah (betina)
12 buah (jantan)
4
Corong penetasan telur
Fibre
Kerucut (terbalik)
Diameter 45 cm, tinggi 45 cm
24 buah
5
Bak fibre penampungan larva
Fibre
Bulat
Diameter 150 cm dan tinggi 70 cm
dengan hapa berukuran 1 x 0,5 x 0,5 m3
3 buah
6
Bak fibre pemeliharaan larva
Fibre
Persegi panjang
Berukuran 2 x 1 x 0,6 m3
10 buah
7
Wadah penetasan pakan alami (siste Artemia)
Galon air bekas
Kerucut (terbalik)
15 liter/ galon
6 buah
8
Wadah penampungan pakan alami (cacing sutra)

Fibre
Persegi
1x1x0.5m2
3 buah
Fasilitas utama lainnya yaitu sumber air yang digunakan di BPBAT Cijengkol, Subang berasal dari Sumber air tawar di BPBAT Cijengkol Subang berasal dari Bendungan Jatiluhur dan 30% dari sumber air dari dalam tanah menggunakan sumur pompa. Debit air yang masuk ke dalam perkolaman Bendungan Jatiluhur berkisar antara 50- 150 liter/ detik dengan tingkat kecerahan air 20- 40 cm.
Fasilitas pendukung meliputi bangunan yang terdiri dari bangunan perkantoran merupakan tempat proses administrasi berlangsung yang berhubungan dengan internal maupun eksternal BPBAT Cijengkol Subang. Memiliki luasan 280 m2 sebanyak 1 unit. Dengan fasilitas perabotan seperti meja, kursi, lemari, AC, infocus, notebook, auditorium, dan Wi-Fi. Bangunan asrama memiliki luas 216 m2 sebanyak 1 buah. Lengkap dengan fasilitas kamar mandi dalam, 2 buah tempat tidur ukuran double, Televisi, dan AC (Air Conditioner) satu buah untuk digunakan dua kmar sexara bersamaan. Gudang pakan yang terdapat di BPBAT Cijengkol Subang memiliki luas bangunan rata- rata 25m2 sebanyak dua buah bangunan. Berupa ruangan berbentuk persegi, lengkap dengan fentilasi dan pintunya. Pakan dikemas di dalam karung pakan berukuran 10 kg secara bersusun. Indoor hatcery merupakan tempat berlangsungnya kegiatan pembenihan ikan patin siam maupun ikan lele sangkuriang di BPBAT Cijengkol Subang. Indoor hatcery terdapat sebanyak 9 unit dengan luasan bangunan rata- rata 60 m2.

KEGIATAN PEMBENIHAN
Pemeliharaan Induk
           Persiapan wadah dilakukan sebelum dilakukan kegiatan pemeliharaan induk. Kegiatan persiapan wadah meliputi pengeringan kolam, pengadukan kolam, pembuangan tanah hitam, pengkapuran, dan pengisian air total. Pengeringan kolam bertujuan untuk menghilangkan dan membunuh patogen, dan memutus rantai hidup hama dan penyakit pada kolam.
   Langkah pengeringan kolam awalnya adalah dengan membuka saluran outlet yang terdapat pada dasar- dasar tanah kolam yang telah mengering. Saluran outlet yang dibuka akan ditutup dengan waring atau saringan yang terbuat dari ember yang telah dilobangi. Hal ini bertujuan agar ikan yang masih terdapat di dalam kolam tidak ikut hanyut atau lepas menuju saluran outlet. Pengadukan kolam bertujuan untuk membolak balikan lapisan tanah agar mendapatkan kualitas tanah yang diinginkan. Dilakukan pembuangan tanah hitam pada kolam yang sedang dilakukan pengeringan. Hal ini dilakukan karena tanah hitam tersebut dianggap mengandung racun dan membahayakan organisme yang dipelihara di dalamya apabila dibiarkan. Proses pengkapuran dilakukan untuk menyetabilkan pH tanah serta merupakan upaya pemberantasan hama dan penyakit. Setelah proses pengkapuran, pengisisan air dilakukan pada pagi hari. Dengan membuka seluruh saluran inlet yang terdapat pada kolam. Kolam diisi hingga mencapai ketinggian 1.5 meter.
Tabel 2. Data parameter kualitas air
Parameter
Kolam induk betina
Kolam induk jantan
Suhu (oC)
26-27
27-30
pH
7,69-7,74
7,51-7,55
DO
3,3-3,4
2,1-4,3
          Sampling kematangan gonad dilakukan sebelum proses pemijahan sebanyak 1-2 kali dalam seminggu.Sampling kematangan gonad juga dilakukan secara sekunder dengan cara mengamati ciri fisik pada tubuh induk. Selanjutnya pada induk betina dilakukan pengecekan telur menggunakan kateter, sedangkan pada induk jantan pengecekan sperma dilakukan dengan cara diurut bagian perut menuju anus (striping). Setelah induk jantan dan betina diseleksi kemudian di pindahkan ke dalam kolam penampungan yang terpisah dan dilapisi hapa.
Pemijahan Induk
Pemijahan ikan patin siam dilakukan dengan proses pemberokan. Proses pemberokan dilakukan dengan menampung induk betina dan jantan ikan patin siam secara terpisah pada kolam pemberokan. Kolam pemberokan berukuran 5 x 3 x 1 m3 sebanyak 5 buah. Kolam diisi air hingga ketinggian 0.4 m dan pada setiap kolamnya dipasang waring. Pemasangan waring bertujuan untuk memudahkan proses pengambilan dan penangkapan induk saat akan dilakukan proses penyuntikan dan pemijahan. Selain itu persiapan corong penetasan telur patin siam dengan air bersih dan system resirkulasinya. Pada setiap corong diberikan resirkulasi air dengan tujuan untuk menjaga ketersediaan oksigen selama proses penetasan telur.
Pemijahan buatan yang dilakukan pada ikan patin dilakukan dengan dua tahapan. Penyuntikan dengan Chorulon (HCG) pada induk betina ikan patin dan Ovaprim pada induk betina dan jantan ikan patin. Penyuntikan dilakukan pada bagian otot dorsal, dengan kemiringan jarum suntik 450. Perangsangan pematangan gonad bertujuan untuk mematangkan telur dan memudahkan proses keluarnya telur induk betina ikan patin. Penyuntikan pertama menggunakan HCG pada betina dengan dosis 1500 IU/3 kg induk dengan masing-masing indukan 500IU/kg Induk (1ml/kg induk)  dengan dilakukan pengenceran menggunakan solvent 1ml/500 IU HCG. Penyuntikan chorulon pada pukul 20.00 -21.00 WIB, setelah 24-26 jam dari penyuntikan pertama dilakukan penyuntikan kedua menggunakan ovaprim. Dosis ovaprim yang digunakan yaitu 0,6 ml/kg betina dan 0.3 ml/kg jantan dengan 0,2 ml/kg akuabides untuk pengenceran pada jantan. Setelah kurang lebih 10 jam setelah penyuntikan. Sperma pada induk jantan diambil dan dimasukkan ke dalam botol yang telah berisi larutan fisiologis 0,9%. Selanjutnya dilakukan pengurutan pada induk betina untuk mengeluarkan telurnya.Telur kemudian ditampung dalam baskom sambil ditambahkan kurang lebih 5ml- 10 ml sperma tadi sambil terus diaduk dengan menggunakan bulu ayam selama 2 menit. Tambahkan air mineral dan air bersih lalu didiamkan selama 2 menit, busa-busa yang terdapat di atas permukaan telur dibuang. Kemudian diberi air tanah liat sebanyak kurang lebih 1 L dan dikocok selama 3 menit untuk menghilangkan daya rekat telur. Lalu air tanah liat dibuang dan telur dibilas dengan menggunakan air bersih dan disaring. Telur yang sudah bersih kemudian dimasukkan ke dalam corong penetasan dengan takarankisaran 300 gram telur/corong. Setelah kegiatan pemijahan dilakukan penyuntikan suplement berupa omegasqua sebanyak 1 ml/induk betina(1 kapsul) dan klorofil sebanyak 1 ml/ kg bobot induk betina dan jantan.
Setelah proses pemijahan, induk betina ikan patin siam diberikan klorofil dan suplemen makanan berupa minyak ikan (omegaskua). Pemberian klorofil dan omegaskua dengan cara penyuntikan pada bagian otot dorsal induk ikan patin. Pemberian klorofil dan omegaskua ini bertujuan untuk pemulihan kondisi induk setelah dilakukan proses pemijahan. Pada induk patin siam betina tersebut diberikan 5 ml klorofil/ ekor dan 1 ml omegaskua/ ekor. Sedangkan pada induk jantan patin siam diberikan 5 ml klorofil/ ekor. Klorofil disuntikkan pada sisi kiri otot dorsal dan omegaskua pada sisi kanan otot dorsal atau sebaliknya.
Penetasan Telur dan Pemanenan Larva
            Penetasan telur ikan patin siam di BPBAT Cijengkol Subang dilakukan di Corong Penetasan berbentuk kerucut dengan dimensi diameter 45 cm dan tinggi 60 cm. Corong dipersiapkan dan dibuka saluran inlet pada setiap corongnya. Air masuk dari penampungan air melalui saluran inlet corong menuju ke dalam corong. Lalu corong dibersihkan dengan busa pembersih hingga tidak lagi ada kotoran yang menempel, dan corong disifon hingga habis dan dikeringkan dengan busa. Selanjutnya corong diisi dengan air hingga ketinggian 30 cm. Telur dimasukkan ke dalam setiap corong sebanyak 300 gram. Kran air dibuka dengan harapan air mengalir dan mengaduk telur untuk membantu proses penetasan telur. Telur yang menetas akan berenang ke atas dan mengikuti saluran outlet menuju ke dalam hapa bak penampungan larva. Sedangkan telur yang tidak menetas akan tetap berada di dasar corong. Telur akan menetas setelah 18-24 jam. Larva yang telah menetas akan tertampung dalam bak penampungan. Pada bak tersebut telah dipasang hapa berukuran 1x1x0,5m untuk mempermudah pemanenan larva. Kemudian larva dihitung dengan menggunakan sendok takarn yang berisi 10.000-15.000 ekor larva. Larva kemudian di packing dengan cara dimasukan oksigen dengan perbandingan air dan oksigen 1: 3.
Tabel Bobot induk, bobot telur dan jumlah larva yang dihasilkan di BPBAT Subang periode 24 Juni- 2 Agustus 2013.
Tanggal
Bobot induk
Bobot telur
Fekunditas
Jumlah telur
Jumlah larva
HR (%)
(kg)
27-Jun-13
40
3
94575
3.783.000
2.200.000
58,15
04-Jul-13
35
2
72058
2.522.030
2.000.000
79,30
11-Jul-13
27
1,5
70056
1.891.512
1.100.000
58,15
18-Jul-13
40
3
94575
3.783.000
2.200.000
58,15
23-Jul-13
50
4
100880
5.044.000
2.800.000
55,51
30-Jul-13
30
2
84067
2.522.010
1.950.000
77,32
Pemeliharaan Larva
            Penebaran larva ikan patin siam di BPBAT Cijengkol Subang dilakukan di bak pemeliharaan larva yang terbuat dari fiberglass berbentuk persegi panjang, berukuran 2 x 1 x 0.6 m3.Bak dipersiapkan satu minggu sebelum dilakukan penebaran larva. Bak pemeliharaanlarva dibersihkan menggunakan spons, disipon dengan selang berukuran 1 inci, dan dibiarkan hingga kering selama 1-2 hari di dalam ruangan hatchery. Setelah itu bak diisi air sampai ketinggian air mencapai 25-30 cm dengan dilengkapi2 titik aerasi dan lampu pencahayaan 2 buah setiap baknya.
Umur benih (hari)
Jenis Pakan
Feeding Frek.
Feeding Rate
Feeding Time
Feeding Schedule
D.0
Yolk
-
-
-
-
D.1 – D.5
Artemia
12 kali/hari
ad. libitum
18.00, 20.00, 22.00, 24.00, 02.00, 04.00, 06.00, 08.00, 10.00, 12.00, 14.00,   16.00
pagi,siang, sore, malam
D.5 – D.19
Cacing sutra dicacah
6 kali/hari
20-30 %/hari
17.00, 21.00, 01.00, 05.00, 09.00,   01.00
--“--
D.19 – D.30
Pellet 581-L
3 kali/hari
ad.satiation
08.00, 17.00, 21.00
--“--

Penyiponan di bak pendederan dilakukan pada hari ke 2 setelah larva ditebar dan pergantian air dilakukan setelah larva berumur 5 hari biasanya dilakukan pada pagi hari sebelum diberi pakan. Air di dalam bak dikurangi sebanyak 40% dengan cara disedot menggunakan selang berukuran 2 inci sambil disifon dan dilakukan pengairan air masuk pada wadah pemeliharaan. Debit air yang digunakan saat pengairan yaitu 0,42 L/detik. Selain itu juga dilakukan pengukuran kualitas air yang meliputi suhu, pH, dan DO. Kisaran suhu pada wadah pemeliharaan larva patin berkisar 26-29oC, pH berkisar 7-8 dan pengukuran DO yang didapat berkisar 2-3. Pencegahan hama dan penyakit juga dilakukan dengan cara pencucian cacing hingga bersih, pengurangan pemberian pakan, karantina ikan sakit dengan penambahan air garam, dan pemberian otc pada wadah pemeliharaan larva setelah dilakukannya greding untuk menyembuhkan luka. Sampling pertumbuhan dilakukan satu minggu sekali untuk mengetahui panjang dan bobot benih yang dipelihara.
Sampling dan sortir dilakukan ketika ukuran larva telah mencapai 1 inci. Proses sortir dilakukan menggunakan ember dengan diameter 30 cm, tinggi 20 cm yang telah dilobangi permukaannya ± 0.5 cm. Sebelum dilakukan proses sortir dilakukan pemberokan. Tujuan dilakukan sortir adalah memisahkan benih yang berukuran besar dan kecil untuk menghindari adanya persaingan dalam mendapatkan makanan. Pengambilan data dan sampling dilakukan satu minggu sekali dengan mengukur panjang baku dan bobot benih yang dipelihara.
Kultur Pakan Alami
          Kultur pakan alami Artemia sp. digunakan dalam kegiatan pemeliharaan larva dan benih ikan patin ini. Larva ikan mulai aktif makan setelah 24-36 jam setelah menetas, sehingga harus diberikan pakan dari luar. Siste Artemia diteaskan kedalam wadah galon bekas, ditambahkan ± 15 L air untuk melarutkan 500 gram garam untuk mencapai salinitas 29-30 ppt,  dan aerasi kuat. Berkisar 20- 24 jam siste Artemia sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam wadah akan menetas dan mengitari arah cahaya di kolom air. Pemanenan dilakukan dengan cara menyipon bagian kolom air yang berisi artemia yang telah menetas. Kemudian dimasukkan kedalam ember lalu disaring menggunakan plankton net dan dicuci bersih. Selanjutnya artemia yang sudah disaring dimasukkan ke dalam ember lalu diisi air sebanyak 10 liter dan siap untuk diberikan ke dalam setiap bak dengan cara disebar sebagai pakannya.

ASPEK USAHA PEMBENIHAN
          Larva patin yang dijual di BPBAT Cijengkol, Subang berumur satu hari dengan harga jual Rp 5/ekor. Tujuan pemasaran larva patin adalah para petani pendederan yang berasal dari Plasma Desa Sengon kec. Sukamandi, Tanggerang, Bekasi, Sukabumi, Bogor, Purwakarta, Karawang, Bandung dan Depok. Transaksi jual beli dilakukan langsung dilokasi, para pembeli datang langsung untuk mengambil larva yang telah dipesan. Pemesanan biasanya dilakukan melalui via telepon agar lebih efisien.
          Diasumsikan dalam1 tahun terjadi 48 siklus. Jumlah induk yang dipijahkan/siklus yaitu, induk betina 15 ekor dan induk jantan 26 ekor. Bobot rata-rata induk betina 3 kg dan bobot rata-rata induk jantan 2 kg. Pada pemeliharaan induk dilakukan pemberian pakan dengan FR 2%. Pada proses pemijahan dibutuhkan chorulon 2 set, ovaprim 4 botol, aquabides 1 botol (50 ml).Fekunditas ikan patin berdasarkan perhitungan sekitar 86.035 butir/kg induksehingga jumlah telur dalam satu kali pemijahan 3.871.575 butirdengan FR 93% dan HR 64,43%.
Analisis Usaha di Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar Subang

ANLISIS USAHA PEMBENIHAN PATIN
Biaya investasi
          253.875.000
Biaya tetap
          238.081.500
Biaya variabel
          118.464.000
Biaya total
          356.545.500
Produksi
          111.352.512
Harga/unit
5
Penerimaan
          556.762.560
Keuntungan
          200.217.060
BEP (Rp)
          238.081.500
BEP (Unit)
 47.616.299
HPP
 3,2
PP
1,3
R/C
 1,6
          R/C merupakan perbandingan antara total penerimaan (TR) dengan total biaya (TC). Suatu usaha dikatakan layak jika R/C ratio lebih dari 1. R/C ratio usaha pembenihan di BPBAT Cijengkol sebesar 1,6 artinya bahwa setiap Rp 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,6 atau memperoleh keuntungan sebesar 0,6.Payback Period merupakan tingkat atau waktu yang diperlukan untuk pengembalian investasi atau modal yang ditanamkan. Modal/investasi yang ditanamkan untuk usaha pembenihan akan kembali dalam waktu 1,3 tahun.
KESIMPULAN DAN SARAN
          BPBAT Subang merupakan balai yang dijadikan pedoman bagi usaha pembenihan khususnya ikan patin. Hal ini dikarenakan BPBAT Subang memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan tenaga ahli dan kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan benih ikan patin se Jawa Barat. Saran yang dapat diberikan untuk mahasiswa yang akan melakukan praktik lapangan di BPBAT Subang sebaiknya mencoba untuk mengikuti kegiatan dipembenihan dan pendederan ikan lele serta pendederan ikan patin dan mengikuti kegiatan pendederan di Plasma Binaan Desa Sengon kec. Sukamandi.
DAFTAR PUSTAKA

Arfah H, Carman O. 2008. Manipulasi hormon dan suhu untuk produksi jantan homogametik (xx) dalam rangka pengembangan budidaya monoseks betina ikan patin Pangasius hypopthalmus. Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(1):33-38.
BPBAT [Balai Pengembangan Air Tawar]. 2009. Data Arsip BPBAT Subang. [diunduh 2013 Desember 4]. http://diskanlut.jabarprov.go.id/data /arsip/BPBAT Subang.pdf.
KKP [Kementerian Kelautan dan Perikanan]. 2012. Rekapitulasi produksi benih nasional. [diunduh 2013 Mei 04]. http://perbenihan-budidayaa.kkp.go.id