Kamis, 07 Maret 2013

Manajemen Kualitas Air Dengan Tanaman (Water Quality Management by Plant)


Laporan Praktikum Mk. Manajemen Kualitas Air
Departemen Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
2012
 

Manajemen Kualitas Air Dengan Tanaman
(Water Quality Management by Plant)

Endang Saefuddin, Mohammad Alfiansyah, Riyan Maulana, Bagus Mukmin Pramuditho,  Intan Kurnia Sakarosa, Netty Dwi Candrawati, Adriyani  Br. Ginting, Ovie Indria, Dian Eka Rahmadani, Ria Septy Anggraini
Asisten: Kurnia Faturrahman dan Mafatih Devi S


Abstrak
Budidaya merupakan suatu kegiatan pemeliharan organisme dalam wadah terkontrol yang dilakukan secara berkelanjutan untuk mendapatkan keuntungan.Masalah yang sering dihadapi pada budidaya adalah menurunnya kualitas air akibatbuangan metabolisme dan sisa pakan ikan. Hal ini dapat menurunkan kualitas air dengan cepat karena menyebabkan menurunnya pH dan oksigen terlarut, meningkatnya amoniak karbondioksida, dan kekeruhan pada air, dan sebagainya. Akibat menurunnya kualitas air ikan dapat terserang penyakit dengan cepat. Oleh karena itu, manajemen kualitas air sangat penting untuk kelangsungan hidup organisme akuatik. Salah satu teknik manajemen kualitas air lingkungan budidaya adalah dengan menggunakan tanaman air. Tanaman yang dicobakan dalam 5 akuarium meliputi eceng gondok(Eichhornia crassipes) , kiambang (Salvinia auriculata) , kangkung air (Ipomoea acuatica), Hydrillaverticillatadan akuarium kontrol di dalam ruangan. Masing-masing akuarium di isi dengan sepuluh ekor ikan koi.  Selama pemeliharaan ikan diberi pakan dengan frekuensi tiga kali sehari secara add satiation (sekenyangnya). Parameter yang diukur adalah pH, suhu, DO, TAN, CO2nitrat dan nitrit. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air terbaik terdapat pada akuarium dengan menggunakan tanaman kiambang.
Kata kunci: Kualitas Air,Ikan Koi, Tanaman Air, Parameter Ukur.


PENDAHULUAN
          Budidaya merupakan suatu kegiatan pemeliharan organisme dalam wadah terkontrol yang dilakukan secara berkelanjutan untuk mendapatkan keuntungan. Dalam budidaya terutama budidaya perairan sering kali menghasilkan limbah budidaya. Limbah-limbah ini dapat berasal dari sisa pakan yang tidak termakan, feses, urine, dan dekomposisi jasad retnik di dalam perairan tersebut. Sehingga hal ini dapat menurunkan kualitas air pada wadah budidaya tersebut. Penurunan kualitas air ini sangat merugikan bagi pembudidaya dan lingkungan di sekitarnya, sehingga perlu adanya penanggulangan yang tepat untuk memperbaikinya. Salah satu hal yang dapat dilakukan yaitu dengan memperbaiki manajemen kualitas air yang meliputi manajemen kualitas air fisik, kimia, dan biologi. Manajemen kualitas air secara biologi dapat dilakukan dengan menggunakan tanaman air.
          Tanaman air merupakan tumbuhan yang hidup di air yang memerlukan adaptasi khusus dalam pertumbuhannya. Dalam pertumbuhannya tanaman air ini memerlukan nitrogen (N) dan karbondioksida (CO2). Tanaman air biasa digunakan sebagai dekorasi alami dan juga berperan dalam keseimbangan ekosistem dalam akuarium. Tanaman air berfungsi sebagai pelindung ikan dari bahaya amonia dan logam berat, mengontrol pertumbuhan alga, menstabil pH (Walstad 1999 dalam Yulianto 2001). Oleh karena itu, tanaman air baik digunakan sebagai bahan dalam manejemen kualitas air.
Praktikum ini bertujuan untuk memahami dan mempelajari cara pemanfaatan tanaman untuk perbaikan kualitas air budidaya.

METODOLOGI
Waktu dan tempat
Praktikum mengenai Manajemen Kualitas Air dengan Tanaman dilakukan di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Praktikum ini dilakukan selama 13 hari yaitu dari tanggal 14 – 26November 2012. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah akuarium berukuran 49x30x31 cm3, selang aerasi, aerator, dan peralatan pengukuran kualitas air. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah 30 batang tanaman air .
Persiapan wadah dilakukan sebagai langkah awal dengan cara akuarium, alat-alat, dan substrat yang akan digunakan dicuci hingga bersih, lalu diisi air dan aerator dinyalakan. Kemudian tanaman air ditaruh diatas permukaan air akuarium. Ketika akuarium sudah siap maka dimasukkan ikan koi sebanyak 10 ekor pada masing-masing akuarium. Kualitas air yang diukur meliputi nilai suhu, DO, CO2, pH, TAN, nitrit, dan nitrat. Selama pemeliharaan ikan diberi pakan dengan frekuensi tiga kali sehari secara add satiation (sekenyangnya). Pengukuran kualitas air dilakukan pada hari ke-0 sampai ke-5. Pengukuran hari ke-0 dilakukan pada saat persiapan wadah dilakukan dan selanjutnya pengukuran dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

Alat dan bahan
            Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah akuarium berukuran 49x30x31 cm3, selang aerasi, aerator, dan peralatan pengukuran kualitas air. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah 30 batang tanaman air .

Prosedur kerja
Manajemen kualitas fisik air dengan bahan fisik yang dicobakan yaitu 8 sistem filtrasi akuarium meliputi:  akuarium dengan substrat (pasir malang, batu zeolite, pasir silika, batu bata, dan batu split), akuarium dengan kontrol di dalam ruangan, dan akuarium kontrol di luar ruangan. Pembuatan 8 sistem filtrasi itu pada dasarnya sama. Akuarium dan substrat yang akan digunakan dicuci hingga bersih, kemudian pipa sepanjang ±10-15 cm dan fiber glass dipotong sesuai ukuran akuarium serta dibolongi dengan solder. Lalu akuarium yang telah dibersihkan dimasukkan pipa yang telah disusun, dilanjutkan dengan memasukkan fiber glass di atas pipa tersebut. Selanjutnya substrat dimasukkan ke dalam akuarium di atas fiber glass ketinggi 5cm. kemudian air dimasukkan setinggi 13 cm dari atas substrat dan aerator dipasang. Perlakuan ini juga dilakukan pada substrat yang lainnya dan juga kontrol. Hanya saja akuarium dengan perlakuan control tidak diberi substrat. Akuarium-akuarium yang telah diset tersebut tidak langsung dimasukkan ikan yang akan dicobakan didalamnya melainkan diendapkan terlebih dahulu selama 24 jam. Setelah 24 jam barulah ikan mas koi sebanyak 10 ekor dimasukkan kedalamnya.
. Kualitas air yang diukur meliputi nilai DO, pH, TAN, suhu, dan kekeruhan. Selama pemeliharaan ikan diberi pakan dengan frekuensi tiga kali sehari secara ad satiation (sekenyangnya).








HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berikut adalah tabel hasil pengukuran tanaman air suhu, pH dan DO dengan perlakuan kangkung air, Hydrilla sp., enceng gondok, kiambang, dan kontrol.
Tabel 1 Hasil pengukuran tanaman air suhu, pH, dan DO
            Berdasarkan tabel hasil pengukuran tanaman air dketahui bahwa suhu tertinggi terdapat pada pengukuran ke-5 yaitu diatas 27ᵒC dengan suhu paling tinggi pada perlakuan enceng gondok dan kiambang. Pada pengukuran nilai pH cenderung fluktuatif namun masih dalam kisaran netral yaitu antara 6.74-8.1. Pada pengukuran DO terlihat bahwa nilai DO cenderung fluktuatif dengan nilai DO tertinggi pada pengukuran ke-5 perlakuan Hydrilla yaitu 11.4 mg/L, sedangkan nilai DO terendah pada pengukuran ke-2 perlakuan kontrol yaitu 4.4 mg/L.
Berikut adalah tabel hasil pengukuran tanaman air TAN dan nitrat dengan perlakuan kangkung air, Hydrilla sp., enceng gondok, kiambang, dan kontrol.
Tabel 2 Hasil pengukuran tanaman air TAN dan DO
Berdasarkan tabel hasil pengukuran tanaman air diketahui bahwa nilai TAN cenderung fluktuatif dengan nilai TAN tertinggi  terdapat pada pengukuran ke-2 perlakuan Hydrilla sp. yaitu 1.402 mg/L, sedangkan nilai TAN terendah terdapat pada pengukuran ke -5 perlakuan Hydrilla sp. yaitu 0.045 mg/L. Pada pengukuran nilai nitrat juga cenderung fluktuatif dengan nilai nitrat tertinggi pada pengukuran ke-3 perlakuan enceng gondok yaitu 31.052 mg/L, sedangkan nilai nitrat terendah terdapat pada pengukuran ke-1 perlakuan kiambang yaitu 0.1076 mg/L.
Berikut adalah tabel hasil pengukuran tanaman air CO2 dan nitrit dengan perlakuan kangkung air, Hydrilla sp., enceng gondok, kiambang, dan kontrol.
Tabel 2 Hasil pengukuran tanaman air CO2 dan nitrit
            Berdasarkan tabel perlakuan tanaman air terlihat bahwa nilai CO2 cenderung fluktuatif dengan nilai CO2 tertinggi terdapat pada pengukuran hari pertaman perlakuan kiambang dengan nilai 47.9856 mg/L, sedangkan nilai terendah terdapat pada pengukuran hari ke-4 perlakuan kiambang yaitu 0.0238 mg/L. Pada pengukuran nitrit terlihat bahwa nilai nitrit fluktuatif dengan nilai nitrit tertinggi pada pengukuran hari ke-5 perlakuan kangkung air yaitu 62.6923 mg/L, sedangkan nilai nitrit terendah pada pengukuran hari ke-1 perlakuan Hydrilla dan kontrol yaitu 0.0403 mg/L.
Berikut adalah grafik hasil pengukuran suhu tanaman air pada perlakuan kanagkung air, Hydrilla sp., enceng gondok, kiambang, dan kontrol.
Gambar 1. Grafik Suhu (ºC) pada setiap Perlakuan
Berdasarkan grafik 1 terlihat bahwa suhu cenderung stabil dari beberapa perlakuan. Pada pengukuran ke-3 suhu cenderung turun, namun pada pengukuran ke-4 menunjukkan nilai suhu tertinggi dari setiap perlakuan. Namun kondisi suhu masih dalam batas normal.
Berikut merupakan grafik hasil pengukuran pH tanaman air pada perlakuan kangkung air, Hydrilla sp., enceng gondok, kiambang, dan kontrol.
Gambar 2. Grafik Pengaruh Perlakuan terhadap pH
Berdasarkan gambar 2 terlihat bahwa pengaruh pH pada masing-masing perlakuan canderung stabil dengan kisaran pH 6.74-8.1. Nilai pH terlihat naik pada pengukuran ke-2, namun pada pengukuran ke-3 dan ke-4 nilai pH cenderung fluktuatif.
Berikut merupakan grafik hasil pengukuran DO (mg/L) tanaman air pada perlakuan kangkung air, Hydrilla sp., enceng gondok, kiambang, dan kontrol.
Gambar 3. Grafk Pengaruh Perlakuan terhadap DO (mg/L)
Berdasarkan gambar 3 terlihat bahwa nilai DO pada pengukuran ke-2 cenderung fluktuatif dan kembali stabil pada pengukuran ke-3 dan ke-4. Namun pada pengukuran ke-5 semua nilai DO naik dari kondisi sebelumnya.
Berikut merupakan grafik hasil pengukuran TAN tanaman air pada perlakuan kangkung air, Hydrilla sp., enceng gondok, kiambang, dan kontrol.
Gambar 4. Grafik Pengaruh TAN (mg/L) terhadap Perlakuan
Berdasarkan gambar 4 terlihat bahwa nilai TAN pada pengukuran ke-2 naik dari kondisi awal. Pada pengukuran ke-3 nilai TAN turun pada masing-masing perlakuan kecuali perlakuan kiambang yang sangan meningkat. Namun pada pengukuran ke-4 masing-masing perlakuan naik kecuali kiambang dan turun pada pengukurn ke-5.
Berikut merupakan grafik pengukuran nilai nitrat (mg/L) tanaman air pada perlakuan kangkung air, Hydrilla sp., enceng gondok, kiambang, dan kontrol.
Gambar 5. Grafik Pengaruh Perlakuan terhadap Nitrat (mg/L)
Berdasarkan gambar 5 terlihat bahwa nilai nitrat pada pengukuran ke-1 dan ke-2 cenderung stabil. Namun pada pengukuran ke-3 nilai nitrat cenderung meningakt pada perlakuan enceng gondok, Hydrilla sp., dan kontrol. Perlakuan kiambang menunjukkan nilai nitrat yang stabil. Namun pada pengukuran ke-4 dan ke-5 nilai nitrat cenderung fluktuatif pada masing-masing perlakuan.
Berikut merupakan grafik hasil pengukuran nilai nitrit tanaman air pada perlakuan kangkung air, Hydrilla sp., enceng gondok, kiambang, dan kontrol.
Gambar 6. Grafik Pengaruh Perlakuan terhadap Nitrit (mg/L)
Berdasarkan gambar 5 nilai nitrit cenderung stabil pada pengukuran pertama dan kedua. Perlakuan kiambang menunjukkan nilai nitrit yang stabil. Namun pada perlakuan kangkung air, Hydrilla sp., enceng gondok, dan kontrol terlihat nilai nitrit yang fluktiatif dengan nilai nitrit tertinggi pada kontrol pengukuran ke-5.
Berikut merupakan grafik pengukuran CO2 tanaman air perlakuan kangkung air, Hydrilla sp., enceng gondok, kiambang, dan kontrol.
Gambar 7. Grafik pengaruh perlakuan terhadap nilai CO2 (mg/L)
Berdasarkan gambar 7 terlihat bahwa nilai CO2 cenderung fluktiatif pada masing-masing perlakuan dengan nilai CO2 tertinggi pada pengukuran ke-1 perlakuan kiambang. Namun pada pengukuran ke-3, ke-4, dan ke-5 terlihat stabil.

Pembahasan
Dalam akuakultur (budidaya perairan), tiga komponen utama yang terlibat di dalamnya adalah biota yang dipelihara (ikan), lingkungan (media pemeliharaan) dan pakan. Lingkungan akan memberikan pengaruh langsung terhadap kelangsungan hidup ikan. Oleh karena itu, air sebagai media hidup ikan harus terjaga kualitasnya. Kualitas air yang baik merupakan syarat utama untuk kelangsungan hidup ikan. Upaya menjaga kualitas air dengan manajemen kualitas air melalui filter fisik akan mempengaruhi secara langsung terhadap fungsi fisiologis yang ada di dalam tubuh ikan.
            Ikan koi termasuk keluarga ikan Cyprinidae. Memiliki tingkat metabolisme yang relatif lebih tinggi dibandingkan beberapa jenis ikan lainnya, sehingga tingkat produksi limbah nitrogen yang dihasilkan juga lebih tinggi (Afrianto 2004). Tingkat produksi nitrogen yang tinggi ini disebabkan oleh intake pakan yang tinggi pula, disebabkan oleh nafsu makan yang tinggi. Disamping nafsu makan yang tinggi seiring dengan tingginya tingkat metabolisme, ikan koi juga memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap pencemaran sehingga pemeliharaan ikan koi kebanyakan dilakukan di dalam kolam dengan sirkulasi air yang besar.
            Kaitannya dengan praktikum ini adalah, metabolisme ikan yang tinggi akan bermanfaat terutama untuk tamanan air yang membutuhkan nitrogen hasil metabolisme ikan untuk pertumbuhannya. Tanaman air akan memanfaatkan nitrogen dalam bentuk nitrat dan amonia untuk pertumbuhanny. Sehingga, penggunaan ikan koi dalam praktikum manajemen kualitas air dengan tanaman akan relevan. Ikan koi menghasilkan amonia dan nitrat yang tinggi, sedangkan tanaman air membutuhkannya, dan akan terlihat disana tanaman mana yang paling efektif dan baik dalam memperbaiki kualitas air dari cemaran bahan organik nitrogen.
            Proses pemenfaatan tanaman sebagai filtrasi pada sirkulasi air atau kegiatan budidaya disebut biofilter. Tanaman air dapat menyerap bahan-bahan organic melalui akar kemudian masuk dalam system metabolism. Salah satu tujuan utama pemanfaatan tanaman sebagai filter adalah memanfaatkan proses fotosintesis pada tanaman yang kemudian terjadi proses pertukaran gas antara batang dan daun dengan air. Oksigen yang terlepas pada perairan dapat dimanfaatkan oleh ikan untuk bernafas atau oleh bakteri aerob sehingga dapat membantu penguraian limbah pada perairan melalui bakteri aerob. Akar pada tanaman air akan menyaring padatan (filtrasi ) yang terbawa air sehingga air menjadi jernih. Daunnya berfungsi sebagai penghalang sinar matahari sehingga sinar matahari yang masuk ke kolom perairan dapat dikurangi dan pertumbuhan alga dapat dicegah (Ghufran 2007).
            Menurut Nafis (2011), Suhu optimum untuk ikan koi adalah 24-26oC, TAN yang optimum untuk ikan koi adalah <0.1 (mg/l) (Aida et.al. 2008), kadar Nitrit (NO2-N)  untuk koi 0,01 mg/L -1,0 mg/L (Effendy H 1993), kadar Nitrat (NO3-N) koi pada kisaran kadar 0,1 mg/L - 2,0 mg/L (Effendy H 1993). Meskipun hasil uji sedikit berbeda dengan literatur, namun perlakuan dengan tanaman kiambang memiliki kisaran yang baik dengan tidak terjadinya fluktuasi yang signifikan pada suhu dibandingan dengan perlakuan uji dengan tanaman lain. Berdasarkan hasil uji menunjukkan dengan semakin menurunnya tingkat kadar CO2 dan TAN sehingga sesuai untuk hidup ikan koi, meningkatnya kadar DO, dan rendahnya kadar nitrit sebagai parameter uji kualitas air pada akuarium yang diberi Salvinia molesta atau Kiambang merupakan perlakuan terbaik dalam fitoremediasi.  Menurut Sudibyaningsih (2004) dalam Aida et.al. (2008), Kiambang merupakan salah satu tanaman fitoremediator logam berat non esensial seperti Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr) yang terdapat pada limbah cair, serta mampu beradaptasi pada lingkungan dengan kondisi salinitas rendah (<10‰) (Biber dan Patrick 2008). Penellitian Hidayati et.al. (2009) membuktikan bahwa hasil terbaik fitoremediasi air Lumpur Sidoarjo pada konsentrasi sublethal adalah pada perlakuan menggunakan Salvinia molesta selama 1 minggu, dengan penurunan kadar logam Cd dan Cr sebesar 50% dan pada perlakuan Salvinia molesta 2 minggu, terjadi penurunan Cd sebesar 70% dan Cr sebesar 30%, namun tanaman mengalami kejenuhan. Oleh karena itu S. molesta dapat digunakan sebagai salah satu tanaman memperbaiki kualitas air.
   Kadar TAN pada semua perlakuan berkisar antara 0,045-2,206, sedangkan menurut Boyd (1990) kadar aman TAN di perairan tidak melebihi 0,1 yang akan merusak jaringan insang pada ikan. Kadar nitrit semua perlakuan tanaman melebihi kadar nitrit yang diperbolehkan disuatu perairan yaitu hingga mencapai nilai 62 mg/l pada tanaman kangkung, 19 mg/l pada hydilla dan eceng gondok serta kiambang 5 mg/l. Sedangkan standar baku mutu nitrit di suatu perairan agar tidak meracuni ikan adalah 0,5 mg/l (Hendrawati 2007). Senyawa nitrit berlebih berpengaruh terhadap menurunnya kemampuan darah untuk mengikat oksigen, karena nitrit akan bereaksi lebih kuat dengan hemoglobin yang mengakibatkan kematian ikan (Hendrawati 2007).
Kadar nitrat dalam percobaan ini mencapai 31 mg/l pada tanaman eceng gondok, 27 mg/l pada hydrilla, 10 mg/l pada kangkung air dan 2,8 mg/l pada kiambang. Kadar nitrat dalam percobaan ini masih tinggi berarti sifat tanaman yang seharusnya memanfaatkan nitrat sebagai nutrient utamanya tidak berfungsi dengan baik. Nitrat merupakan bentuk utama nitrogen di perairan dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga serta sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil (Hendrawati 2007).
Kadar oksigen terlarut pada seluruh percobaan ini berkisar 4,4-11,4 mg/l kadar oksigen tersebut masih berada pada kisaran normal oksigen di perairan, hal ini menunjukan proses fotosintesis tanaman air masih berjalan dengan baik. Menurut Boyd (1990) kadar oksigen terlarut yang baik diperairan untuk kegiatan akuakultur yaitu lebih dari 5 mg/l. kadar oksigen 1-5 mg/l tidak menyebabkan kematian tetapi pertumbuhan ikan akan menjadi lambat jika berlangsung lama (Boyd 1990)
Kadar CO2 terukur didapatkan nilai yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 0.02 – 19 ml/g hal ini masih berada pada batas toksik kadar CO2 kecuali pada tanaman kiambang pada pengukuran Ho yang mencapai 47 mg/l. Kadar CO2 yang melebihi 20 mg/l dapat menyebabkan toksik yang berujung kematian pada ikan (Yusuf 2008). Sedangkan kadar pH yaitu berkisar antara 6,74 – 8,06. Nilai ini masih dalam kisaran yang normal karena pH yang dibutuhkan untuk kehidupan biota baik tumbuhan maupun hewan air untuk bisa menjalani aktivitas secara normal yaitu berkisar antara 6 – 9 (Yusuf 2008).
            Fitoremediasi (phytoremediation) merupakan suatu sistem dimana tanaman tertentu yang bekerjasama dengan micro-organisme dalam media (tanah, koral dan air) dapat mengubah zat kontaminan (pencemar/polutan) menjadi kurang atau tidak berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi (Cannon 1960). Menurut Cannon (1960), fitoremediasi dapat dibagi menjadi fitoekstraksi, rizofiltrasi, fitodegradasi, fitostabilisasi, fitovolatilisasi. Fitoekstraksi mencakup penyerapan kontaminan oleh akar tumbuhan dan translokasi atau akumulasi senyawa itu ke bagian tumbuhan seperti akar, daun atau batang. Rizofiltrasi adalah pemanfaatan kemampuan akar tumbuhan untuk menyerap, mengendapkan, dan mengakumulasi logam dari aliran limbah. Fitodegradasi adalah metabolisme kontaminan di dalam jaringan tumbuhan, misalnya oleh enzim dehalogenase dan oksigenase. Fitostabilisasi adalah suatu fenomena diproduksinya senyawa kimia tertentu untuk mengimobilisasi kontaminan di daerah rizosfer. Fitovolatilisasi terjadi ketika tumbuhan menyerap kontaminan dan melepasnya ke udara lewat daun; dapat pula senyawa kontaminan mengalami degradasi sebelum dilepas lewat daun. Beberapa penerapan lapangan dengan konsepsi fitoremediasi ini yang cukup berhasil diantaranya adalah menghilangkan logam berat yang mencemari tanah dan air tanah, dan membersihkan tanah dan air tanah yang mengandung bahan peledak. 



KESIMPULAN
Bahan fisik dapat digunakan dalam teknik manajemen kualitas air dengan metode pengendapan. Hasil terbaik ditunjukan pada pengendapan bahan fisik menggunakan pasir malang dengan tingkat kekeruhan yang semakin menurun.

UCAPAN TERIMA KASIH
            Alhamdulilah akhirnya laporan mengenai tanaman air selesai dikerjakan dengan baik. Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh teman-teman kelompok IV atas kerja sama yang baik dalam praktikum ataupun pembuatan laporan ini sehingga dapat selesai tepat waktu. Terima kasih juga kepada Kak Sofyan selaku asisten pembimbing kelompok IV, serta ucapan terima kasih yang tidak lupa untuk semua asisten yang telah membimbing dengan sabar dan ikhlas.

DAFTAR PUSTAKA
Cannon, H.L.1960. Botabical prospecting for            are deposits science 132:591-598
Nafis A. 2011. Peluang Bisnis Koi.             [Skripsi].  Jurusan Teknik   Informatika    Stmik Amikom,             Yogyakarta.

Effendy H. 1993. Mengenal Beberapa jenis           Koi. Yogyakarta : Kanisius.

Aida et.al. 2008. Pemanfaatan Ekstrak       Daun Kecubung (Datura      metel   L.)        Sebagai Pembius Ikan Koi      (Cyprinus carpio L.) Pada Saat       Pengangkutan. Biota . Vol. 13 (1): 24-30.

Biber, Patrick D. 2008. Determining           Salinitytolerance of giant Salvinia Using              chlorophyll             fluoreScence. Gulf and Caribbean             Research. Vol            21.

Hidayati D et.al.. 2009. Aplikasi       Fitoremidiasi Polutan Dengan        Kiambang      (Salvinia Molesta)     Dan Eceng Gondok (Eichhornia             Crassipes) Pada        Air Tercemar             Lumpur Lapindo Dan Uji Biologis          Sebagai Media           Pemeliharaan            Bandeng (Chanos Chanos).            Lembaga Penelitian       Dan     Pengabdian Kepada Masyarakat    Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Yulianto,V. 2001. Aquascape: Menata Tanaman Dalam Aquarium. Jakarta: Aromedia pustaka.

Afriantoet.al.2004.Pakan Ikan. Jogjakarta: Kanasius.

Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaqulture, Alabama: Birmingham Publishing Co.

Hendrawati, Prihadi, T.H., Rohmah, N.N., 2007. Analisis kadar phosfat dan N-Nitrogen (amonia, nitrat, nitrit) pada tambak air payau akibat rembesan lumpur lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Yusuf, G. 2008. Bioremediasi limbah rumah tangga dengan system simulasi tanaman air. Jurnal bumi lestari, vol. 8 No. 2, Agustus 2008. Hal. 136-144

Ghufran HM et.al. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam      Budidaya Perairan.     Jakarta:           Rineka Cipta.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar