Laporan Praktikum ke-5 Hari/Tanggal : Senin/ 19 November 2012
m.k. Fisiologi Reproduksi Asisten : Cahya Lestari
Organisme Akuatik
PENGAMBILAN, PENGAWETAN, DAN
PENGAMATAN SPERMA
KELOMPOK II
Intan Kurnia Sakarosa C14100056
|
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU
KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu permasalahan fertilisasi
pada budidaya ikan air tawar adalah rendahnya tingkat fertilisasi dari
spermatozoa di dalam air. Hal ini mengakibatkan banyaknya sel telur yang tidak
terbuahi secara sempurna (Masrizal
dan Efrizal 1997). Pada satu siklus reproduksi ikan dapat dihasilkan sel telur
sampai jutaan per ekor, tetapi yang terbuahi hanya mencapai 5% dari total. Adapun
permasalahan lain adalah kurangnya ketersediaan cairan spermatozoa pada waktu pembuahan
buatan.
Rendahnya pembuahan spermatozoa dalam
fertilisasi buatan ini juga disebabkan oleh aktivitas spermatozoa yang relatif
singkat (Nurman 1998). Hal tersebut dapat disebabkan oleh singkatnya waktu viabilitas
dan motilitas dari spermatozoa, sehingga kemampuan spermatozoa untuk menembus
lubang mikrofil pada sel telur rendah. Selain itu, penyebab lain adalah
kelangsungan hidup sperma diluar tubuh ikan umumnya singkat hanya beberapa
puluh detik hingga beberapa puluh menit. Adapun upaya yang bisa dilakukan
adalah memperpanjang umur sperma pada ikan dengan pengawetan. Oleh karena itu,
diperlukan adanya suatu upaya untuk mempelajari cara pengambilan, pengamatan
serta pengawetan sperma untuk memperpanjang umur sperma hingga memiliki tingkat
motilitas yang tetap tinggi dalam membuahi sel telur.
1.2
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk
mempelajari cara pengambilan, pengawetan dan pengamatan sperma serta mengetahui
angka motilitas sperma pada biota perairan.
II. METODOLOGI
2.1
Waktu dan Tempat
Praktikum pengambilan,
pengawetan dan pengamatan sperma
dilakukan pada hari senin tanggal 12 November 2012 pukul 07.00 - 10.00 WIB, bertempat di Laboratorium
Perkembangbiakan Ikan 3 (PBI 3), Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
2.2
Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum pengambilan, engawetan
dan pengamatan sperma ikan
yaitu syringe 1 ml, gelas objek,
mikroskop, stopwatch, kulkas, tusuk
gigi, pipet tetes, botol film dan tissue. Selain itu, bahan yang digunakan antara lain air, sperma induk
jantan ikan mas dan akuades.
2.3
Prosedur Kerja
Mula-mula disiapkan syringe 1 ml, effendorp, tissue kemudian, induk ikan mas jantan diambil untuk dikeluarkan
spermanya. Selanjutnya, bagian lubang pengeluaran sperma dilap dengan tissue hingga kering dan disiapkan pula syringe 1 ml kemudian, bagian perut ikan
di streefing (diurut) hingga sperma
yang berupa cairan berwarna putih keluar dan disedot dengan syringe. Setelah sperma dikeluarkan dan
disedot dengan syringe kemudian,
sperma tersebut dimasukkan ke dalam botol film untuk diamati. Kemudian diambil
untuk dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan perlakuan suhu ruangan.
Sperma diletakkan di gelas objek dan akuades diberikan ditempat yang berbeda
pada satu gelas objek, kemudian stopwatch disiapkan dan pada saat sperma telah
tercampur air stopwatwatch mulai dihidupkan, pengamatan dilakukan sampai sperma
mati semua. Untuk perlakuan suhu rendah,
pengamatan dilakukan setiap 30 menit sekali.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Berikut
tabel hasil pengamatan sperma ikan mas (Cyprinus
carpio) pada perlakuan suhu ruang dan suhu rendah.
Tabel
1. Hasil pengamatan sperma ikan Mas (Cyprinus
carpio)
2
|
5
|
||
IM
|
Detik ke-
|
IM
|
Detik ke-
|
5
|
0
|
5
|
0
|
4
|
60
|
4
|
150
|
3
|
86
|
3
|
240
|
2
|
120
|
||
0.25
|
228
|
||
0
|
249
|
Keterangan: 2 = kelompok 2 perlakuan suhu ruang
5
= Kelompok 5 perlakuan suhu rendah
Berdasarkan tabel 1 diatas
dapat kita ketahui bahwa untuk perlakuan suhu ruang yang diamati kelompok 2,
pada detik ke-249 sperma sudah mulai tidak menunjukkan gerakan. Sedangkan untuk
perlakuan suhu rendah diamati oleh kelompok 5, pada detik ke-240 menunjukkan
angka motilitas 3 yaitu: banyak sperma bergerak cepat dan yang lain bergetar di
tempat. Berikut grafik hasil pengamatan sperma pada perlakuan suhu ruang dan
suhu rendah.
Gambar 1. Grafik pengamatan
sperma
Berdasarkan gambar 1 di atas dapat
kita ketahui bahwa untuk perlakuan suhu ruang yang diamati kelompok 2, pada
detik ke-249 sperma sudah mulai tidak menunjukkan gerakan. Sedangkan untuk
perlakuan suhu rendah diamati oleh kelompok 5, pada detik ke-240 menunjukkan
angka motilitas 3 yaitu: banyak sperma bergerak cepat dan yang lain bergetar di
tempat.
3.2
Pembahasan
Sel sperma adalah sel padat yang tidak
tumbuh atau membelah diri. Cairan sperma adalah larutan spermatozoa yang berada
dalam cairan seminal dan dihasilkan oleh hidrasi testis. Sperma memiliki bagian
antara lain, kepala yang berinti tebal dan sedikit sitoplasma diselubungi oleh
selubung tebal yang disebut akrosom; badan sperma terletak dibagian tengah
sperma dan banyak mengandung mitokondria sebagai penghasil energi untuk
pergerakan sperma; ekor untuk alat pergerakan sperma (Anonim 2008). Adapun sel
sperma pada ikan cyprinidae dalam hal ini adalah ikan mas menurut Affandi dan
Tang (2002), memiliki kepala sperma yang berbentuk oval sedikit memanjang
dimana perbandingan panjang lebih kepala sedikit lebih besar daripada leher
kepala dan memiliki lebar kepala sperma lebih besar dibanding ikan nilem, tawes
dan barbir, sehingga ikan mas digunakan untuk membuahi telur ikan nilem, tawes,
dan barber maka diperoleh jumlah larva yang relative rendah karena kepala
sperma tidak mampu membuahi telur. Sebaliknya sperma ikan nilem, tawes, dam
barber dapat membuahi telur ikan mas yang berukuran diameter mikrofilnya lebih
besar. Menurut Risnawati dalam Affandi dan Tang (2002), ukuran lebar kepala
ikan mas berkisar 1.832 +- 0.178 im dengan panjang ekor 33.733 +- 2.093 im.
Motilitas sperma bergantung terhadap suhu, pH, tekanan
osmotic, elektrolit, non elektrolit, dan cahaya. Pada umumnya, sperma sangat
aktif dan tahan hidup lebih lama pada pH yang berkisar 7.0. Mortilitas partial
dapat dipertahankan pada pH 5 sampai 10. Sperma tetap motil untuk waktu lama di
dalam media yang isotonic dengan darah. Pada umumya, sperma lebih mudah
dipengaruhi oleh keadaan hipertonik daripada keadaan hipotonik (Affandi dan
Tang 2002). Suhu mempengaruhi daya tahan hidup sperma. Peningkatan
suhu akan mempengaruhi kualitas sperma dan dapat meningkatkan kadar metabolisme
sehingga dapat mengurangi daya tahan hidup sperma pembekuan yang cepat dapat melindungi
sperma dari kerusakan akibat efek larutan tetapi dapat mengakibatkan cold shock dan pembentukan kristal es
yang akan merusak sperma. Pembekuan yang lambat akan mencegah munculnya kristal
es tetapi akan menyebabkan naiknya konsentrasi garam dan tekanan osmotik yang
akan merusakan protein yang dikandung oleh sel. Proses pembekuan yang salah
akan menyebabkan kerusakan permanen pada sperma yang ditandai dengan bentuk
yang tidak normal, pergerakan yang tidak normal, motilitas yang rendah,
kerusakan membran plasma dan kematian sel (Scot dan Baynes 1980 dalam Hidayaturrahmah 2007).
Pada praktikum
pengambilan, pengawetan, dan pengamatan sperma dilakukan 2 perlakuan yaitu
perlakuan dengan suhu rendah dan perlakuan dengan suhu ruangan. Dapat dilihat
pada detik ke-249 untuk perlakuan suhu ruangan mendapatkan angka
motilitasbsebesar 0 yaitu: semua sperma tidak bergerak dan bergetar. Sedangkan
pada suhu rendah pada detik 240 mendapat angka motilitas sebesar 3 yaitu banyak
sperma bergerak cepat dan yang lain bergetar di tempat. Hal ini dapat
dibuktikan bahwa pada penyimpanan suhu rendah, dapat mempertahankan kualitas
sperma. Setiap
perlakuan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk perlakuan
suhu rendah mempunyai kekekurangan yaitu penyimpanan pada suhu rendah
mempunyai resiko terjadi cold shock,
untuk itu perlu ditambah suatu bahan yang dapat meminimal dampak negetif
tersebut, misal kuning telur. Lesitin dan lipoprotein dalam telur dapat melindung
selubung lipoprotein membran spermatozoa. Kadar kuning telur 20% dalam semen
cair terbukti mampu menekan kerusakan sperma akibat cold shock (Weitze 1993 dalam Hidayaturrahmah
2007).
Sedangkan untuk kelebihannya pada perlakuan suhu rendah penyimpanan rendah akan
menekan aktivitas dan metabolisme sperma sehingga daya hidup sperma akan lebih
lama. Penyimpanan semen pada 5oC terbukti mampu mempanjang daya
hidup sperma dibandingkan pada semen yang disimpan pada suhu kamar (Weitze 1993 dalam
Hidayaturrahmah 2007). Untuk perlakuan suhu
ruangan memiliki kekurangan yaitu daya hidup sperma akan lebih pendek karena
sperma akan terus melakukan aktivitas dan metabolisme sehingga daya hidup
sperma akan lebih singkat. Sedangkan untuk kelebihannya tidak terjadi cold shock yang terjadi ada suhu rendah.
Berdasarkan
praktikum dilakukan pengawetan dengan menggunakan suhu rendah dan suhu ruangan.
Terdapat
metode pengawetan sperma selain menggunakan suhu rendah dan suhu ruangan yaitu
dengan metode penambahan ekstender madu setelah proses pembekuan (Rini et al 2010), dengan penambahan madu
setelah proses pembekuan akan meningkatkan daya hidup spermatozoa. Metode ini
telah diteliti pada ikan komet (Carassius
auratus auratus), dengan dosis yang diberikan 0,3%; 0,4% ; 0,5% ; 0,6% dan 0,7%. Penambahan dengan dosis yang berbeda
berpengaruh pada daya tahan spema itu sendiri. Selain itu dengan equilibrasi
yaitu pengawetan dengan menggunakan pendingin dengan mengurangi metabolisme.
Selama itu terjadi mengurangi gliserol ke dalam spermatozoa untuk menciptakan
keseimbangan konsentrasi intarselluler dan ekstraselluler. Tujuannya penyesuaian
antara spermatozoa dengan pengencer dan suhu sebelum pembekuan. Metode
selanjutnya vaporasi, vaporasi adalah proses merubahnya molekul didalam keadaan
cair, serta metode freezing (Iskandar
et al. 2005).
Pengawetan
sperma dapat dilakukan pada ikan mas, ikan salmon, ikan trout dll. Hal ini
dikarenakan kurangnya ketersediaan stok benih, adanya masalah dalam
ketersediaan induk jantan, ketidaksinkronan pemijahan, serta ikan-ikan salmon,
trout sudah mulai mengalami kelangkaan. Pengawetan sperma dapat diaplikasikan
dalam proses budidaya. Mengingat semakin menurunnya produktifitas perikanan
yang disebabkan kurangnya ketersediaan benih dan tidak sinkronnya pemijahan.
Selain itu aplikasi pengawetan sperma ini dapat digunakan untuk proses fertilisasi
dengan metode Gynogenesis dapat tersedia setiap saat dan mutu dan sperma terutama
adalah dan pejantan yang unggul. Keuntungan dan metode Gynogenesis Triploidi adalah
benih yang dihasilkan mandul sehingga pertumbuhan ikan cepat (Sujono 2004).
IV. KESIMPULAN
4.1
Kesimpulan
Praktikum pengambilan, pengawetan, dan
pengamatan sperma dapat disimpulkan, pengawetan dan pengamatan sperma seta
angka motilitas sperma pada biota perairan berbeda-beda. Daya tahan sperma
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu, pH, tekanan osmotic, dan
cahaya. Selain itu ukuran lebar kepala sperma dan panjang ekor juga memngaruhi
gerak sperma dan daya tahan sperma. Dengan dilakukan pengawetan sperma dapat mengatasi
ketersediaan benih, seta dapat menyingkronisasi waktu pemijahan.
4.2
Saran
Praktikum selanjutnya dapat gunakan jenis ikan yang berbeda pula,
agar dapat mengetahui perbedaan lama waktu bertahan sperma setiap jenis ikan
yang diuji.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Fertilisasi dan Gestasi. http://www.e- dukas i.net. [15 November 2012]
Hidayaturrahmah. 2007. Waktu Motilitas Dan Viabilitas Spermatozoa
Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Pada Beberapa Konsentrasi Larutan Fruktosa. http://www.bioscientiae.unlam.ac.id/ [15 November 2012]
Iskandar
S, Mardalestari R. 2005. Pengaruh jenis, konsentrasi krioprotektan dan metode thawing terhadap kualitas semen beku
ayam arab. peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/jitv/jitv111-5.pdf [15 November
2012]
Rini P S, Rahardja B,
Mubarak. 2010. Penambahan ekstender madu dalam proses penyimpanan sperma beku terhadap motilitas dan viabilitas
spermatozoa ikan komet (Carassius auratus auratus). http:// alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/3250828321_abs.pdf. [15 November 2012]
Sujono.
2004. Teknologi pembekuan sperma sebagai stock proses gynogenesis triploidi dalam rangka meningkatkan
kualitas dan produksi benih ikan mas (cyprinus
carpio). http://Sujono-jurnaledukasi- 892-1650-1-PB.pdf [15 November 2012]
LAMPIRAN
Gambar 2.
Pengambilan sperma dari ikan mas (Cyprinus
carpio)
Gambar 3. Peletakkan
sperma ikan mas (Cyprinus carpio) di
kaca objek
Gambar 4.
Pengamatan sperma ikan mas (Cyprinus
carpio)
Gambar 5. Hasil
pengamatan sperma ikan mas (Cyprinus
carpio)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar