Laporan Praktikum Mk. Manajemen
Kualitas Air
Departemen
Budidaya Perairan
Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut
Pertanian Bogor
2012
Manajemen Kualitas Fisik Air Dengan Bahan Fisik
(Water
Physyc Quality Management by Physych Material)
Endang Saefuddin,
Mohammad Alfiansyah, Riyan Maulana, Bagus Mukmin Pramuditho, Intan Kurnia Sakarosa, Netty Dwi Candrawati,
Adriyani Br. Ginting, Ovie Indria, Dian
Eka Rahmadani, Ria Septy Anggraini
Asisten:
Kurnia Faturrahman dan Mafatih Devi S
Abstrak
Manajemen
kualitas air merupakan kegiatan dalam penentuan keberhasilan kegiatan budidaya
perairan. Ada tiga parameter yang diperhatikan dalam kegiatan ini, yaitu parameter fisik, kimia, dan
biologi. Pada praktikum ini akan diukur parameter fisik air dari segi kekeruhan
dengan menggunakan bahan fisik, parameter lainnya yaitu suhu, pH, DO, dan TAN
diukur untuk membantu dalam kelangsungan hidup ikan percobaan, yakni ikan koi (Cyprinus carpio). Dengan penyiapan
delapan buah akuarium ditambah pemberian substrat berupa pasir malang, pasir
silika, batu zeolit, batu bata, batu split, paving
block, dan akuarium kontrol dalam
dan luar. Selama 14 hari ikan dipelihara dengan pemberian pakan dengan
pengukuran parameter yang dilakukan sebanyak 4 kali. Tingkat kekeruhan pada akuarium
kontrol dalam terus meningkat, namun tingkat kekeruhan tertinggi terdapat pada
akuarium kontrol luar yang mencapai 34 NTU dengan retensi yang rendah. Tingkat
kekeruhan terendah terdapat pada akuarium pasir malang dengan nilai 1.2 NTU.
Kata kunci:
Manajemen
kualitas air, Filter fisik, ikan
koi (Cyprinus carpio), kekeruhan
PENDAHULUAN
Budidaya
merupakan suatu kegiatan dimana salah satu tujuannya yaitu untuk melestarikan
suatu organisme atau makhluk hidup yang bernilai ekonomis dimana dilakukan
dalam lingkup yang terkontrol. Dalam kegiatan budidaya tersebut, tentunya para
pembudidaya harus benar–benar mengelolah suatu usaha budidayanya dengan baik
untuk kelangsungan hidup organisme yang dibudidayakan, dalam hal ini terhadap
para pembudidaya ikan.
Air
merupakan salah satu media yang secara langsung dapat mempengaruhi kelangsungan
hidup organisme akuatik yaitu ikan, misalnya terhadap kondisi fisika dan
kimianya. Dalam hal ini, peran pembudidaya sangat dibutuhkan dalam manajemen atau cara pengelolaan yang baik dan
terstruktural mulai dari pra produksi hingga pemasaranya.
Seiring
dengan berkembangnya industri, baik industri rumah tangga maupun industri
perusahaan dan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan air semakin meningkat
sementara tingkat pencemaran terhadap air juga semakin tinggi. Air bersih kini
sulit untuk didapatkan karena telah terkontaminasi oleh berbagai zat berbahaya
dan keruh. Ada beberapa cara untuk mengatasi kekeruhan tersebut diantaranya
yaitu menggunakan filter fisik dan bahan kimia. Filter fisik yang digunakan
adalah pasir malang, zeolit, batu bata, silika, batu split, pauling block,
kontrol dalam, dan kontrol luar.
Parameter fisika kimia yang diukur adalah suhu, pH, DO, TAN, dan
kekeruhan. Seperti yang kita ketahui pengukuran parameter ini berguna untuk
pengontrolan media budidaya perairan. Oleh karena itu maka dilakukanlah
praktikum ini untuk mengontrol lingkungan budidaya agar ikan dapat tumbuh dan
hidup. Jenis ikan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan Koi (Cyprinus caprio) sebanyak 10 ekor untuk
masing-masing kelompok.
Pengelolaan kualitas air yang kontiniu merupakan faktor
eksternal lain yang menentukan keberhasilan usaha budidaya, karena berkaitan
yang erat antara lingkungan perairan dengan berkembangnya hama dan penyakit
pada organisme air tawar yang dipelihara. Dengan demikian pengelolaan
lingkungan budidaya akan menentukan keberhasilan dan keberlanjutan usaha
budidaya.Lingkungan perairan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
keseimbangan fisiologis dari alat-alat tubuh ikan, yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan reproduksi ikan. Bila terjadi perubahan/ketidakseimbangan dapat
menimbulkan penyakit bahkan kematian bagi ikan budidaya itu sendiri.
Praktikum
ini bertujuan untuk mempelajari teknik manajemen kualitas air melalui manajemen
faktor fisiknya dengan memanfaatkan sistem pengendapan dengan bahan fisik.
METODOLOGI
Waktu
dan tempat
Praktikum
mengenai Manajemen Kualitas Fisisk Air dengan Bahan Fisik dilakukan di Laboratorium
Lingkungan, departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Praktikum ini dilakukan selama 10 hari yaitu mulai
dari tanggal 12 September-21 September 2012. Pemeliharan ikan dilakukan selama
9 hari. Selama masa pemeliharaan, kualitas air diukur sebanyak 4 kali yaitu
pada tanggal 12, 14, 19, dan 21 September 2012.
Alat
dan bahan
Alat-alat
yang digunakan meliputi: akuarium berukuran 49x30x31 m3, pipa, fiber
glass, solder, dan aerator. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada praktikum
ini yaitu substra fisik (pasir malang, batu zeolite, pasir silika, batu bata,
dan batu split), ikan mas koi (Cyprinus
carpio), air dan pakan.
Prosedur
kerja
Manajemen
kualitas fisik air dengan bahan fisik yang dicobakan yaitu 8 sistem filtrasi
akuarium meliputi: akuarium dengan
substrat (pasir malang, batu zeolite, pasir silika, batu bata, dan batu split),
akuarium dengan kontrol di dalam ruangan, dan akuarium kontrol di luar ruangan.
Pembuatan 8 sistem filtrasi itu pada dasarnya sama. Akuarium dan substrat yang
akan digunakan dicuci hingga bersih, kemudian pipa sepanjang ±10-15 cm dan
fiber glass dipotong sesuai ukuran akuarium serta dibolongi dengan solder. Lalu
akuarium yang telah dibersihkan dimasukkan pipa yang telah disusun, dilanjutkan
dengan memasukkan fiber glass di atas pipa tersebut. Selanjutnya substrat
dimasukkan ke dalam akuarium di atas fiber glass ketinggi 5cm. kemudian air
dimasukkan setinggi 13 cm dari atas substrat dan aerator dipasang. Perlakuan ini
juga dilakukan pada substrat yang lainnya dan juga kontrol. Hanya saja akuarium
dengan perlakuan control tidak diberi substrat. Akuarium-akuarium yang telah
diset tersebut tidak langsung dimasukkan ikan yang akan dicobakan didalamnya
melainkan diendapkan terlebih dahulu selama 24 jam. Setelah 24 jam barulah ikan
mas koi sebanyak 10 ekor dimasukkan kedalamnya.
.
Kualitas air yang diukur meliputi nilai DO, pH, TAN, suhu, dan kekeruhan.
Selama pemeliharaan ikan diberi pakan dengan frekuensi tiga kali sehari secara
ad satiation (sekenyangnya).
Berikut adalah hasil
pengukuran beberapa parameter pada masing-masing substrat:
Tabel 1. Hasil pengukuran beberapa
parameter kualitas air
Substrat
|
Pengukuran ke-
|
pH
|
Suhu
(0C)
|
DO
|
TAN
(mg/l )
|
Kekeruhan (NTU)
|
Pasir malang
|
0
|
8,16
|
27,1
|
6,1
|
0,037
|
12,3
|
|
1
|
6,03
|
25
|
6,3
|
3,4756
|
5,1
|
|
2
|
6,97
|
26,5
|
4,5
|
0,8241
|
2,0
|
|
3
|
7,17
|
27,2
|
5,4
|
0,17
|
1,23
|
Zeolit
|
0
|
8,17
|
27
|
6,1
|
0,042
|
38
|
|
1
|
6,65
|
26,1
|
5,2
|
0,074
|
12,3
|
|
2
|
7,68
|
26,5
|
4,0
|
0,194
|
5,0
|
|
3
|
7,38
|
27,6
|
6,3
|
0,054
|
5,7
|
Batu Bata
|
0
|
8,3
|
27
|
6,2
|
0,041
|
26
|
|
1
|
5,35
|
26,7
|
5,3
|
0,654
|
6,2
|
|
2
|
7,24
|
26,8
|
4,8
|
0,949
|
3,3
|
|
3
|
7,5
|
27
|
4,2
|
0,182
|
3,9
|
Silika
|
0
|
8,15
|
27,3
|
5,0
|
0,0196
|
18,2
|
|
1
|
6,95
|
26,7
|
5,2
|
1,227
|
4,6
|
|
2
|
7,3
|
26,2
|
5,0
|
0,877
|
2,5
|
|
3
|
7,76
|
25
|
2,0
|
0,1339
|
3,3
|
Batu split
|
0
|
7,71
|
26,4
|
5,8
|
0,043
|
23
|
|
1
|
6,37
|
26,5
|
5,1
|
0,493
|
4,7
|
|
2
|
7,49
|
27
|
4,8
|
0,200
|
2,6
|
|
3
|
7,8
|
27,1
|
5,5
|
0,032
|
1,6
|
Paving Block
|
0
|
5,9
|
26,4
|
7,86
|
0,0279
|
14,5
|
|
1
|
6,34
|
26,8
|
4,4
|
0,1503
|
5,5
|
|
2
|
7,06
|
25
|
4,5
|
0,607
|
2,9
|
|
3
|
7,38
|
27,4
|
6,6
|
0,254
|
1,9
|
Kontrol dalam
|
0
|
8,05
|
26,3
|
5,3
|
0,02564
|
10,2
|
|
1
|
8,5
|
26,6
|
5,6
|
0,2156
|
6,7
|
|
2
|
7,33
|
27
|
3,2
|
0,528
|
10,1
|
|
3
|
7,3
|
25
|
6,7
|
0,3
|
6,4
|
Kontrol luar
|
0
|
8,06
|
26
|
5,5
|
0,0137
|
6,1
|
|
1
|
6,63
|
26
|
5,6
|
0,0428
|
5,1
|
|
2
|
7,53
|
26,9
|
3,3
|
0,286
|
25
|
|
3
|
7,83
|
27
|
3,9
|
0,904
|
34
|
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa pH tertinggi terdapat pada kontrol dalam
pengukuran hari ke-1 sebesar 8.50 dan terendah pada substrat batu bata
pengukuran hari ke-1 sebesar 5.35. Suhu tertinggi terdapat pada substrat batu
zeolit pengukuran hari ke-3 sebesar 27.6oC dan terendah pada
substrat pasir malang pengukuran hari ke-1, substrat silika pengukuran hari
ke-3,substrat paving block pengukuran hari ke-2 sdan control
dalam pengukuran hari
ke-3 ebesar 25oC. Kadar DO tertinggi terdapat pada substrat paving
block pengukuran hari ke-0 sebesar 7.86 dan terendah pada batu silika pengukuran
hari ke-3 sebesar 2.00. TAN tertinggi terdapat pada substrat pasir malang
pengukuran hari ke-1 sebesar 3.4756 dan terendah pada kontrol luar pengukuran
hari ke-0 sebesar 0.0137. Sedangkan nilai kekeruhan tertinggi terdapat pada
substrat batu zeolit pengukuran hari ke-0 sebesar 38.0 dan terendah terdapat
pada substrat pasir malang pengukuran hari ke-3 sebesar 1.23.
Berikut adalah grafik hasil pengukuran
pH pada beberapa substrat :
Grafik 1.
nilai pH terhadap berbagai macam substrat
Berdasarkan
grafik diatas dapat diketahui bahwa pH tertinggi terdapat pada kontrol dalam
pengukuran hari ke-1 ditandai warna merah sebesar 8.50 dan terendah pada
substrat batu bata pengukuran hari ke-1 ditandai warna merah sebesar 5.35.
Berikut
adalah grafik hasil pengukuran suhu dari berbagai substrat yang digunakan :
Grafik 2. nilai suhu terhadap berbagai
macam substrat
Berdasarkan grafik
diatas dapat diketahui bahwa Suhu tertinggi terdapat pada substrat batu zeolit
pengukuran hari ke-3 ditandai warna ungu sebesar 27.6oC dan terendah
pada substrat pasir malang pengukuran hari ke-1 ditandai warna merah, substrat
silika pengukuran hari ke-3 ditandai warna ungu, dan substrat paving block
pengukuran hari ke-2 ditandai warna hijau, dan kontrol dalam pengukuran hari
ke-3 ditandai warna ungu sebesar 25oC.
Berikut
adalah grafik hasil pengukuran DO dari berbagai substrat yang digunakan :
Grafik 3.
nilai DO terhadap berbagai macam substrat
Berdasarkan
grafik diatas dapat diketahui bahwa kadar DO tertinggi terdapat pada substrat
paving block pengukuran hari ke-0 ditandai warna biru sebesar 7.86 dan terendah
pada silika pengukuran hari ke-3 ditandai warna ungu sebesar 2.0.
Berikut adalah grafik hasil pengukuran TAN dari berbagai
substrat yang digunakan :
Grafik 4.
nilai TAN terhadap berbagai macam substrat
Berdasarkan
grafik diatas dapat diketahui bahwa kadar TAN tertinggi terdapat pada substrat
pasir malang pengukuran hari ke-1 ditandai warna merah sebesar 3.4756 dan
terendah pada kontrol luar pengukuran hari ke-0 ditandai warna biru sebesar
0.0137.
Berikut
adalah grafik hasil pengukuran kekeruhan dari berbagai substrat yang digunakan
:
Grafik
5. nilai kekeruhan terhadap berbagai macam substrat
Berdasarkan
grafik dapat diketahui bahwa nilai kekeruhan tertinggi terdapat pada substrat
batu zeolit pengukuran hari ke-0 ditandai warna biru sebesar 38.0 dan terendah
terdapat pada substrat pasir malang pengukuran hari ke-3 ditandai warna ungu
sebesar 1.23.
Pembahasan
Dalam
akuakultur (budidaya perairan), tiga komponen utama yang terlibat di dalamnya
adalah biota yang dipelihara (ikan), lingkungan (media pemeliharaan) dan pakan.
Lingkungan akan memberikan pengaruh langsung terhadap kelangsungan hidup ikan.
Oleh karena itu, air sebagai media hidup ikan harus terjaga kualitasnya.
Kualitas air yang baik merupakan syarat utama untuk kelangsungan hidup ikan.
Upaya menjaga kualitas air dengan manajemen kualitas air melalui filter fisik
akan mempengaruhi secara langsung terhadap fungsi fisiologis yang ada di dalam
tubuh ikan.
Sistem pengendapan
pada masing-masing filter secara umum memiliki mekanisme yang sama. Kotoran
dari buangan feses ikan serta pakan akan mengendap pada dasar akuarium serta
masuk pada sela-sela filter fisik seperti batu split, batu bata, zeolit dan
lainnya. Karena filter yang digunakan bukan sistem under gravel maka kotoran akan mengendap di dasar batuan filter.
Pengendapan tersebut disebabkan karena adanya tarikan gaya gravitasi bumi.
Hal yang membedakan pada masing-masing filter
adalah sela-sela batuan yang terbentuk karena tumpukan filter. Filter batu
split akan memiliki sela batuan yang besar karena batu split berukuran besar
sehingga kotoran akan mudah masuk ke sela-sela batuan. Batuan zeolit atau
silika mempunyai sela-sela batuan yang sempit akan tetapi banyak jumlahnya
sehingga kotoran akan sulit masuk ke sela-sela tetapi jika sudah masuk ke sela,
kotoran akan sulit terangkat ke atas karena terjebak di sela-sela batuan.
Filter fisik silika memiliki sela batuan yang
kecil-kecil akan tetapi jumlahnya banyak. Kotoran akan sulit masuk ke sela-sela
batuan akan tetapi jika sudah masuk sela batuan kotoran akan sulit terangkat.
Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai kekeruhan pada awal penebaran sekitar
18.5 NTU kemudian setelah tiga hari kekeruhannya menjadi 3.3 NTU. Dengan
demikian, pasir silika efektif mengurangi kekeruhan pada air.
Hajil uji manajemen kualitas air pada pemeliharaan ikan
mas koi dengan berbagai filter fisik pasir malang menunjukkan nilai pH dan suhu
yang cenderung stabil, nilai DO dan TAN yang fluktuatif, serta nilai kekeruhan
yang semakin rendah. Kemampuan pasir malang dalam menekan kekeruhan karena
strukturnya yang memiliki rongga-rongga halus sehingga sangat porous dalam
menyaring kotoran dalam air. (Anonim 2012).
Hajil uji manajemen kualitas air pada pemeliharaan ikan
mas koi dengan berbagai filter fisik zeolit yang menunjukkan nila pH
fluktuatif, nilai suhu dan DO yang semakin tinggi. Menurut Febriana (2009),
Filter fisik batu zeolit memiliki keunggulan menetralkan pH, menyaring partikel
besar, menambah mineral, dan menanggulangi Fe, Mn dan sulfur. Meskipun hasil
nilai pH fluktuatif, namun masih dalam batas normal dan ini didukung dengan
luas permukaan zeolit yang besar dengan
ukuran pori yang kecil membuat zeolit bertidak sebagai penukar ion yang baik di
dalam suatu perairan sehingga air tidak mudah tercemar dengan dengan sisa-sisa
pakan (Rahmawati 2009). Hal ini ditunjukkan dengan nilai TAN rendah, dan nilai
kekeruhan menurun drastis namun terjadi sedikit kenaikan diakhir pemeliharaan.
Hasil uji manajemen kualitas air pada pemeliharaan ikan
mas koi dengan berbagai filter fisik batu bata
menunjukkan nilai pH dan suhu cenderung stabil, nilai TAN fluktuatif,
nilai DO dan kekeruhan semakin menurun meskipun terjadi kenaikan sedikit
diakhir pemeliharaan. Hal ini sesuai dengan karakteristik bahan dasar dalam
pembuatan batu bata berupa tanah dengan bahan tambahan air terdiri dari 4 komponen
yaitu bahan mineral, zat organic, air dan udara. Zat organik dalam tanah
terdiri dari biomasa tanaman dari berbagai tingkat pengurian dan pembusukan
yang akan menciptaka ruang-ruang yang berpori dan saluran tanah sehingga
mempunyai kemampuan penyerapan terhadap air yang tinggi, dapat menaikkan pH
perairan. Batu bata juga dapat berfungsi untuk menghilangkan bau, warna, zat
pencemar dalam air, sebagai pelindung dan peukaran resin, serta sebagai
penyulingan air (Aidah dkk 2009).
Hasil uji manajemen kualitas air pada pemeliharaan ikan
mas koi dengan berbagai filter fisik silika menunjukkan nilai suhu fluktuatif,
semakin rendah.
Hal itukarena suhu ideal
untuk tumbuh ikan Koi adalah 15ºC – 25ºC, penurunan dankenaikansuhu hingga 5ºC dalam tempo singkat sudah
dapat mengakibatkan ikan Koi stress (Tiara dan Murhananto (2002)dalamRahmawati (2009).Nilai
DO cenderung stabil namun diakhir pemeliharaan terjadi penurunan yang drastis.
Menurut Ghufran HM et.al. (2007), Pasir
silika merupakan hasil dari
pelapukan bebatuan yang mengandung mineral utama seperti kuarsa dan feldspar.
Kegunaan Pasir silika adalah untuk menghilangkan sifat fisik air, seperti
kekeruhan/air berlumpur dan menghilangkan bau pada air. Hal itu yang membuat
hasi uji kekeruhan semakin kecil nilainnya.
Pada umumnya pasir
silika digunakan pada tahap awal sebagai saringan dalam pengolahan air kotor
menjadi air bersih. Pasir
Silika banyak digunakan untuk menyaring lumpur, tanah dan partikel besar /kecil
dalam air dan biasa digunakan untuk penyaringan tahap awal (pre-treatment).
Pasir silika adalah untuk menghilangkan kandungan besi (Fe), menghilangkan
sedikit Mangan (Mn2+) dan warna kuning pada air tanah atau sumber
air lainnya. Fe dan Mn dalam air biasanya diturunkan dengan cara aerasi air
pada pH>7 sehingga kedua logam ini mengendap sebagai oksidanyakarenaitulah
nilai TAN yang
didapatkansemakin rendah.
Hal ini pula yang menyebabkan nilai pH cenderung stabil danmerupakan
kisaran pH yang
dibutuhkan ikan Koi agar tumbuh sehat yaitu pada kisaran 6,5 – 8,5 (Effendy
1993dalamRahmawati A. (2009).
MenurutLesmana
(2011), batu split merupakan batu yang digunakandalam prosespemurnian air
berbentukpecahan
dan terdapat mikrooganismepenguraitumbuhpada
media yang luaspermukaannyadiperbesarolehbatu split. Sehingga,
partikelberukurankecilhinggabesardapatdisaringolehbatu
split dankualitas air
menjadisemakinbaik. Hajil
uji manajemen kualitas air pada pemeliharaan ikan mas koi dengan berbagai
filter fisik batu split menunjukkan terbaik dengan nilai pH dan DO cenderung
stabil, nilai suhu semakin bertambah dalam batas onormal, nilai TAN dan
kekeruhan semakin menurun.
Hasil uji manajemen kualitas air pada pemeliharaan ikan
mas koi dengan berbagai filter fisik paving
blok menunjukkan nilai pH semakin meningkat, nilai suhu, nilai DO, dan
nilai TAN yang fluktuatif, sertanilai kekeruhan yang semakin kecil. Menurut SII-0819-88 dalamArtiyani (2010),paving
block merupakan suatu komposisi bahan bangunan yang diformulasi dari
campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air, dan
agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu
beton dengan karakteristik mirip mortar Pori-pori yang terdapat pada paving block ini mampu menyerap air
serta partikel-partikel yang terdapat di dalamnya dan kandungan silika yang
berasal dari salah satu bahan penyusunnya yaitu semen Portland dapat menekan
kekeruhan dalam air. Karena itulah, hasil uji menunjukkan nilai kekeruhan yang
semakin kecil.
Hasil uji manajemen kualitas air pada pemeliharaan ikan
mas koi dengan berbagai perlakuan, yaitu
akuarium kontrol dalam menunjukkan nilai pH diakhir pemeliharaan stabil,
nilai suhu , DO, TAN , dan nilai kekeruhan cenderung fluktuatif. Hal ini karena
akuariumdalam
memiliki kondisi tidakmemiliki
penyaringan dan tidak mendapatkansinarmatahari secara intensif dan langsung, tetapi mendapatkan sinar daripeneranganlampusaja sehingga hasil fotosintesis plankton
dalam perairan sebagai penghasil oksigen tidak maksimal.
Zeolit merupakan jenis batu yang dapat
mengeliminasi bakteri E.coli dalam
air (Setyowati Endang 2008). Kegunaan batu zeolit pada tahapan proses
pengolahan air meliputi proses netralisasi, flokulasi/koagulasi, sedimentasi
dan filtrasi. Zeolit juga mampu menurunkan kandungan amoniak yang terdapat di
dalam air (Herry 2007 dalam Setyowati Endang 2008). Zeolit memiliki dua sifat
yang sangat penting yaitu sebagai kapasitas pengikat ion NH4+ yang
berasal dari ammonia sangat besar dan afinitas zeolit terhadap ion-ion yang
memiliki sifat racun (Setyowati Endang 2008). Reaksinya sebagai berikut:
K 2 Z.MnO.Mn
7 O2 + 4 Fe (HCO 3)2
= K 2Z + 3 MnO 2 + 2 Fe2 O3 +
8 CO2 + 4 H2 O
K 2 Z.MnO.Mn
7 O2 + 2 Mn (HCO 3)2
= K 2Z + 5 MnO 2 + 4CO2 +2 H2 O
Reaksi yang terjadi di dalamakuariumkontrol dalam yaitu nitrit
(NH2) dengan hemoglobin darahdapatmengubahpembentukanHb (Fe2+)menjadiMetHb
(Fe3+) sehinggatidakdapatmengangkutoksigen yang menyebabkan organism
kekuranganoksigendanmenjadimatilemas (Yuningsih).
Reaksikimialainnnyaadalahreaksiantaramasuknnyaoksigendan CO2kedalamtubuhikan.Jikakadar
CO2rendah, makaoksigenakanbanyak yang diseraptubuh, sebaliknya, jika
CO2tinggi, makaHbakanmengikat CO2. Hal tersebutterjadikarena
CO2leihmudahdiikatolehHbdibandingkan O2 (Affandi (2004) dalamAfriantoet.al.(2005)).Faktor lainnya
yang mempengaruhikualitas air adalahlarutnya
pakan sehinggamengalamidegradasifisikdan
nutrient (Afriantoet.al. 2005).
Hasil uji manajemen kualitas air pada pemeliharaan ikan
mas koi dengan berbagai perlakuan, yaitu akuarium kontrol luar menunjukkan
nilai pH ,nilai TAN, dan nilai kekeruhan semakin tinggi, nilai suhu stabil,
serta nilai DO semakin menurun. Hal itu terjadi akibat akuarium kontrol luar memiliki kondisi terpapar
langsung dengan sinar matahari dan tidak memiliki substrat tempat kotoran
budidaya menempel, sehingga kualitas air pada akuarium kontrol luar memiliki
kekeruhan yang lebih tinggi dibandingkan pada akuarium kontrol dalam yang
sama-sama tidak memiliki sustrat didasar akuarium. Kekeruhan di dalam
air disebabkan adanya kelebihan
sisa pakan dan bangkai ikan mati dalam
akuarium. Ada Selain itu penyebab kekeruhan lainnya adalaha zat tersuspensi, seperti lempung, lumpur, zat organik,
plankton, dan zat–zat halus lainnya.
Mekanisme yang terjadi adalah terdapatnya cahaya matahari
yang masuk pada akuarium, sehingga menumbuhkan plankton plankton pada akuarium.
Lalu dengan terdapatnya plankton, maka akan memicu tumbuhnya bakteri dalam
akuarium. Hal inilah salah satu faktor penyebab kekeruhan yang terjadi pada
akuarium kontrol luar lebih tinggi
daripada akuarium kontrol dalam.Rumus kimia air dalam lingkungan laboratorium adalah H2O. Tetapi
kenyataannya di alam, rumus tersebut menjadi H2O + X, dimana X
berbentuk karakteristika bilogik (bersifat hidup) ataupun berbentuk
karakteristika non biologic (bersifat mati). Pengotor yang ada dalam air yang
akan diolah sebelum digunakan dalam industri dapat bermacam – macam diantaranya
adalah kekeruhan (turbidity) (Anonim 2012).
KESIMPULAN
Bahan
fisik dapat digunakan dalam teknik manajemen kualitas air dengan metode
pengendapan. Hasil terbaik ditunjukan pada pengendapan bahan fisik menggunakan
pasir malang dengan tingkat kekeruhan yang semakin menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Adenium M. 2011. Mengenal lebih Dekat
Pasir, Kerikil, dan Kerakal Malang. http://mitra-adenium.com/2011/09/mengenal-lebih-dekat-pasir-kerikil-dan.html. [20 september 2012].
Afriantoet.al.2004.Pakan Ikan. Jogjakarta: Kanasius.
Aidah
dkk. 2009. Efektifitas Batu Bata Sebagai Media Filter Dalam Menurunkan
Kekeruhan Dan Jumlah Mikroba Pada
Air Limbah Tahu. http://digilib.unimus.ac.id /files/disk1/104/
jtptunimus-gdl-nahdhiyatu-5193-1-abstrak.pdf. [23 September 2012].
Anonim2.
2012. Pasir malang, karbon aktif, pasir silika, pasir zeolite dan media
lainnya. http://gudangragam.com/16421/pasir-malang-karbon-aktif-pasir-silika-pasir-zeolite-dan-media-lainnya-bandung
[22 Mei 2012].
Anonim. 2012. Pasir malang, karbon
aktif, pasir silika, pasir zeolite
dan media lainnya. http://gudangragam.com. [20 September 2012].
Artiyani, Anis. 2010. Pemanfaatan abu pembakaran
sampah sebagai bahan alternatif pembuatan paving
block. Spectra No. 16
Volume VII: 1-11.
Febriana. 2009. Filter penyaring
penjernih air. http://www.scribd.com
.[20 September 2012].
Ghufran HM et.al.
2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Lesmana.
2011. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air
Tawar. Jakarta :Penebar Swadaya.
Rahmawati A.
2009. PenurunanKandunganMangan (Mn) dariDalam Air MenggunakanMetodeFiltrasi.Skripsi.FakultasKejuruanIlmuPendidikan,
UniversitasSebelasMaret
Setyowati
E. 2008. Meningkatkan Kualitas Air Sungai dengan Katalisator Batuan dan Arang
Kasus Pemukiman Pinggir Kota di Dusun Grobogan. Jurnal.
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Widya Mataram
Yogyakarta.