Rabu, 20 Februari 2013

PEMANFAATAN BAKTERI BIOTRANSFORMASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK DI TELUK MARUNDA, CILINCING, JAKARTA UTARA


Tugas Makalah                                            Hari/Tanggal : Rabu/5 Desember 2012
m.k. Manajemen Kualitas Air



PEMANFAATAN BAKTERI BIOTRANSFORMASI
DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK
 DI TELUK MARUNDA, CILINCING, JAKARTA UTARA































DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
I.         PENDAHULUAN

Kawasan Pantai Marunda yang berlokasi di Cilincing Jakarta Utara merupakan salah satu kawasan pariwisata dan budidaya perikanan. Secara umum kondisi kawasan Pantai Marunda sangat rusak akibat sampah yanh bermuara di laut. Sampah dan limbah tersebut berasal dari 13 sungai yang ada di Jakarta yang bermuara ke pantai, limbah juga bersumber dari dari ratusan perusahaan atau industri terutama yang berada di area pantai. Selain itu limbah atau sampah yang mencemari air laut juga berasal dari masyarakat setempat dan aktivitas pelabuhan atau kapal yang membuang sampah atau limbah organik. Pencemaran limbah yang kian pekat dan meluas di perairan pesisir pantai Marunda, Cilincing Jakarta Utara membuat nelayan kesulitan dalam mendapatkan hasil tangkapan dan memicu para pembudidaya gagal panen.
Limbah organik merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses baik industri maupun domestik (rumah tangga). Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan berbahaya. Limbah organik masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan yang terendap, koloid tersuspensi dan terlarut. Mukhtasor (2007) menyatakan limbah organik yang terbuang ke perairan laut, apabila melebihi kemampuan asimilasi dari laut, dapat, mencemari perairan dan menimbulkan penyuburan berlebihan (eutrofikasi). Gejala ini akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut akibat meledaknya populasi organisme tertentu sehingga dapat menimbulkan kematian beberapa organisme perairan.
Limbah organik yang masuk ke dalam ekosistem laut, akan segera diserap ke dalam jaring makanan di laut. Dalam jaring makanan, limbah organik ini dapat menyebabkan mutasi, serta penyakit, yang dapat berbahaya bagi hewan laut, seluruh penyusun rantai makanan termasuk manusia. Racun semacam itu dapat terakumulasi dalam jaringan berbagai jenis organisme laut yang dikenal dengan istilah bioakumulasi. Racun ini juga diketahui terakumulasi dalam  dasar perairan yang berlumpur. Bahan-bahan ini dapat menyebabkan mutasi keturunan dari organisme yang tercemar serta penyakit dan kematian secara massal seperti yang terjadi pada kasus yang terjadi di kawasan pantai Marunda.
Kematian ikan di kawasan pantai Marunda ini disebabkan oleh senyawa organik. Salah satu senyawa organic yaitu fenol yang merupakan senyawa alkohol aromatik yang bersifat toksis dan banyak digunakan sebagai antiseptik. Selain fenol penyebab lain adalah terjadinya blooming fitoplankton akibat pengayaan unsur hara yang berasal dari darat, sehingga muncul jenis-jenis fitoplankton yang mengeluarkan racun saxitoksin (C10H17N7O4) dan sejenisnya. Saxitoksin adalah salah satu penyebab Paralytic Shellfish Poisoning (PSP) dengan gejala seperti sakit kepala, perasaan melambung, pusing, kurang koordinasi, kaku mulut, lengan, atau lutut, otot lemah menyebabkan suakr bergerak dan berbicara, muntah, diare dan sebagainya. PSP juga menyebabkan sulit bernafas. Gejala berakhir setelah 6-12 jam selanjut tubuh jadi lemah selama satu minggu dan seterusnya. Jenis-jenis fitoplankton beracun yang berhasil diidentifikasi dalam kasus kematian massal ikan-ikan dan kerang di Teluk Jakarta ini antara lain adalah pyrodinium sp, gymnodinium sp, protoperidium sp, prorocentrum sp, dan dynopsis caudate (Lestari dan Edward 2004).

























II.      RUMUSAN MASALAH

Teluk Marunda merupakan kawasan yang terletak di kabupaten Cilincing, Jakarta Utara. Teluk Marunda merupakan salah satu kawasan yang dikelilingi oleh pabrik-pabrik dan tempat bermuaranya limbah hasil pabrik tersebut. Saat ini teluk Marunda sangat terancam kelestariannya akibat pembuangan limbah pabrik ke laut yang tidak bertanggung jawab. Pencemaran terbesar dihasilkan oleh limbah pabrik yang berasal dari senyawa organik terutama fenol.
Limbah fenol merupakan senyawa alkohol aromatik yang bersifat toksis dan banyak digunakan sebagai antiseptik. Selain fenol penyebab lain adalah terjadinya blooming fitoplankton akibat pengayaan unsur hara yang berasal dari darat, sehingga muncul jenis-jenis fitoplankton yang mengeluarkan racun saxitoksin (C10H17N7O4) dan sejenisnya (Lestari dan Edward 2004). Blooming fitoplankton yang terjadi dapat mengakibatkan ikan yang berada di tambak-tambak petani mati masal sebelum waktu panennya, bahkan membuat biota yang berada 1 mil dari bibir pantai teluk ini juga menghilang. Limbah ini membuat air laut berwarna merah pekat pada malam hari dan putih susu di siang hari (Lestari dan Edward 2004). Keadaan ini sangat merugikan para nelayan dan petani tambak. Sehingga perlu diadakannya penangan khusus untuk memperbaiki perairan teluk Marunda. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan bakteri biotranformasi limbah tercemar.











III.        SOLUSI

Limbah fenol merupakan senyawa alkohol aromatik yang bersifat toksis dan banyak digunakan sebagai antiseptik. Selain fenol penyebab lain adalah terjadinya blooming fitoplankton akibat pengayaan unsur hara yang berasal dari darat, sehingga muncul jenis-jenis fitoplankton yang mengeluarkan racun saxitoksin (C10H17N7O4) dan sejenisnya (Lestari dan Edward 2004).
Saxitoksin adalah salah satu penyebab Paralytic Shellfish Poisoning (PSP) dengan gejala seperti sakit kepala, perasaan melambung, pusing, kurang koordinasi, kaku mulut, lengan, atau lutut, otot lemah menyebabkan suakr bergerak dan berbicara, muntah, diare dan sebagainya. PSP juga menyebabkan sulit bernafas. Gejala berakhir setelah 6-12 jam selanjut tubuh jadi lemah selama satu minggu dan seterusnya. Jenis-jenis fitoplankton beracun yang berhasil diidentifikasi dalam kasus kematian massal ikan-ikan dan kerang di Teluk Jakarta ini antara lain adalah Pyrodinium sp, Gymnodinium sp, Protoperidium sp, Prorocentrum sp, dan Dynopsis caudate. Blooming fitoplankton yang terjadi dapat mengakibatkan ikan yang berada di tambak-tambak petani mati masal sebelum waktu panennya, bahkan membuat biota yang berada 1 mil dari bibir pantai teluk ini juga menghilang. Limbah ini membuat air laut berwarna merah pekat pada malam hari dan putih susu di siang hari (Lestari dan Edward 2004).
Kemajuan dalam bidang bioteknologi yang dikenal dengan teknologi bioremediasi merupakan salah satu cara penanggulangan dari red tide  yang ada kawasan perairan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. Red tide yang dimaksud merupakan peledakan populasi fitoplankton akibat melimpahnya bahan organik yang menyebabkan pencemaran perairan. Beberapa cara penanggulangan dengan teknik bioremediasi diantaranya: 1) stimulasi aktivitas mikroorganisme lokal dengan penambahan nutrien dan pengaturan kondisi lingkungan; 2) inokulasi mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotrasnsformasi ditempat tercemar; 3) penambahan immobilized enzymes; 4) menggunakan tanaman untuk mengurangi pencemaran. Bakteri yang dapat digunakan sebagai biotransformasi diantaranya Sphingomonas sp., Pseudomonas sp., Stenotrophomonas sp., Ochrobactrum sp., Alcaligenes sp., Pandorea sp., Labrys sp., dan Fusarium sp. (Yetti, 2010).
Cara lain yang dapat digunakan menggunakan teknologi lain yaitu menerapkan monitoring terpadu untuk melacak perubahan lingkungan laut, aplikasi teknologi penginderaan jauh, dan akustik tomografi. Pengurangan limbah akibat perindustrian dapat dikurangi dengan menerapkan perencanaan AMDAL, memenuhi isntalasi pengolahan limbah, jauh dari pemukiman warga, meminimalkan hasil limbah, serta limbah disaring, diencerkan, diendapkan, dan dinetralkan telebih dahulu. Selain itu, sebaiknya dilakukan gerakan penghijauan, reboisasi, pembuatan jalur hijau, pertahanan areal resapan air, pembuatan sengkedan, dan memperkecil laju erosi.
































DAFTAR PUSTAKA

Berita Media. 2011. Ribuan Ikan di Marunda Mati Diduga Tercemar Limbah. http://www. Investor.co.id [1 Desember 2012]
Lestari dan Edward. 2004. Dampak pencemaran logam berat terhadap kualitas air laut dan sumberdaya perikanan (studi kasus kematian massal ikan-ikan di Teluk Jakarta). [Jurnal]. Kelompok Penelitian Pencemaran Laut, Balai Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Lambaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Vol. 8 No.2. Hal: 52-58
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Yetti, Elvi. 2010. Inovasi Bioremediasi Laut. http://nasional.kompas.com/ read/2010/01/09/03512660/ [4 Desember 2012]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar