Tugas
Makalah Hari/Tanggal
: Rabu/5 Desember 2012
m.k.
Manajemen Kualitas Air
PEMANFAATAN
BAKTERI BIOTRANSFORMASI
DALAM PENGOLAHAN
LIMBAH ORGANIK
DI TELUK MARUNDA, CILINCING, JAKARTA UTARA
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2012
I.
PENDAHULUAN
Kawasan Pantai Marunda
yang berlokasi di Cilincing Jakarta Utara merupakan salah satu kawasan
pariwisata dan budidaya perikanan. Secara umum kondisi kawasan Pantai Marunda
sangat rusak akibat sampah yanh bermuara di laut. Sampah dan limbah tersebut
berasal dari 13 sungai yang ada di Jakarta yang bermuara ke pantai, limbah juga
bersumber dari dari ratusan perusahaan atau industri terutama yang berada di
area pantai. Selain itu limbah atau sampah yang
mencemari air laut juga berasal dari masyarakat setempat dan aktivitas
pelabuhan atau kapal yang membuang sampah atau limbah organik.
Pencemaran limbah yang kian pekat dan meluas di perairan pesisir pantai
Marunda, Cilincing Jakarta Utara membuat nelayan kesulitan dalam mendapatkan
hasil tangkapan dan memicu para pembudidaya gagal panen.
Limbah organik
merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun
dan berbahaya. Limbah organik masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan yang
terendap, koloid tersuspensi dan terlarut. Mukhtasor (2007) menyatakan limbah
organik yang terbuang ke perairan laut, apabila melebihi kemampuan asimilasi dari
laut, dapat, mencemari perairan dan menimbulkan penyuburan berlebihan (eutrofikasi).
Gejala ini akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut akibat meledaknya
populasi organisme tertentu sehingga dapat menimbulkan kematian beberapa
organisme perairan.
Limbah
organik yang masuk ke dalam ekosistem laut, akan segera diserap ke dalam jaring
makanan di laut. Dalam jaring makanan, limbah organik ini dapat menyebabkan
mutasi, serta penyakit, yang dapat berbahaya bagi hewan laut, seluruh penyusun
rantai makanan termasuk manusia. Racun semacam itu dapat terakumulasi
dalam jaringan berbagai jenis organisme laut yang dikenal dengan istilah
bioakumulasi. Racun ini juga diketahui terakumulasi dalam dasar perairan
yang berlumpur. Bahan-bahan ini dapat menyebabkan mutasi keturunan dari
organisme yang tercemar serta penyakit dan kematian secara massal seperti yang
terjadi pada kasus yang terjadi di kawasan pantai Marunda.
Kematian ikan di kawasan pantai Marunda ini disebabkan oleh senyawa organik.
Salah satu senyawa organic yaitu fenol yang merupakan senyawa alkohol aromatik
yang bersifat toksis dan banyak digunakan sebagai antiseptik. Selain fenol
penyebab lain adalah terjadinya blooming fitoplankton akibat pengayaan unsur
hara yang berasal
dari darat, sehingga muncul jenis-jenis fitoplankton yang mengeluarkan racun
saxitoksin (C10H17N7O4) dan
sejenisnya. Saxitoksin adalah salah
satu penyebab Paralytic Shellfish Poisoning (PSP) dengan gejala seperti sakit
kepala,
perasaan melambung, pusing, kurang
koordinasi, kaku mulut, lengan, atau lutut, otot lemah menyebabkan suakr
bergerak dan berbicara, muntah,
diare dan sebagainya. PSP juga menyebabkan sulit bernafas. Gejala berakhir
setelah
6-12 jam selanjut tubuh jadi lemah
selama satu minggu dan seterusnya. Jenis-jenis fitoplankton beracun yang
berhasil
diidentifikasi dalam kasus kematian
massal ikan-ikan dan kerang di Teluk Jakarta ini antara lain adalah pyrodinium sp, gymnodinium sp, protoperidium sp, prorocentrum sp, dan dynopsis caudate (Lestari
dan Edward 2004).
II. RUMUSAN MASALAH
Teluk Marunda merupakan kawasan yang terletak di
kabupaten Cilincing, Jakarta Utara. Teluk Marunda merupakan salah satu kawasan yang
dikelilingi oleh pabrik-pabrik dan tempat bermuaranya limbah hasil pabrik
tersebut. Saat ini teluk Marunda sangat terancam kelestariannya akibat
pembuangan limbah pabrik ke laut yang tidak bertanggung jawab. Pencemaran
terbesar dihasilkan oleh limbah pabrik yang berasal dari senyawa organik
terutama fenol.
Limbah fenol merupakan senyawa alkohol aromatik yang
bersifat toksis dan banyak digunakan sebagai antiseptik. Selain fenol penyebab
lain adalah terjadinya blooming fitoplankton akibat pengayaan unsur hara yang
berasal dari darat, sehingga muncul jenis-jenis fitoplankton yang mengeluarkan
racun saxitoksin (C10H17N7O4) dan
sejenisnya (Lestari dan Edward 2004). Blooming fitoplankton yang
terjadi dapat mengakibatkan ikan yang berada di tambak-tambak petani mati masal
sebelum waktu panennya, bahkan membuat biota yang berada 1 mil dari bibir pantai
teluk ini juga menghilang. Limbah ini membuat air laut berwarna merah pekat pada
malam hari dan putih susu di siang hari (Lestari dan Edward 2004). Keadaan ini
sangat merugikan para nelayan dan petani tambak. Sehingga perlu diadakannya
penangan khusus untuk memperbaiki perairan teluk Marunda. Salah satu cara yang
dapat dilakukan yaitu dengan bakteri biotranformasi limbah tercemar.
III.
SOLUSI
Limbah fenol merupakan senyawa alkohol aromatik yang
bersifat toksis dan banyak digunakan sebagai antiseptik. Selain fenol penyebab
lain adalah terjadinya blooming fitoplankton akibat pengayaan unsur hara yang
berasal dari darat, sehingga muncul jenis-jenis fitoplankton yang mengeluarkan
racun saxitoksin (C10H17N7O4) dan
sejenisnya (Lestari dan Edward 2004).
Saxitoksin
adalah salah satu penyebab Paralytic
Shellfish Poisoning (PSP) dengan gejala seperti sakit kepala, perasaan
melambung, pusing, kurang koordinasi, kaku mulut, lengan, atau lutut, otot
lemah menyebabkan suakr bergerak dan berbicara, muntah, diare dan sebagainya.
PSP juga menyebabkan sulit bernafas. Gejala berakhir setelah 6-12 jam selanjut
tubuh jadi lemah selama satu minggu dan seterusnya. Jenis-jenis fitoplankton
beracun yang berhasil diidentifikasi dalam kasus kematian massal ikan-ikan dan
kerang di Teluk Jakarta ini antara lain adalah Pyrodinium sp, Gymnodinium sp, Protoperidium sp, Prorocentrum sp, dan Dynopsis caudate.
Blooming fitoplankton yang
terjadi dapat mengakibatkan ikan yang berada di tambak-tambak petani mati masal
sebelum waktu panennya, bahkan membuat biota yang berada 1 mil dari bibir
pantai teluk ini juga menghilang. Limbah ini membuat air laut berwarna merah
pekat pada malam hari dan putih susu di siang hari (Lestari dan Edward 2004).
Kemajuan dalam bidang
bioteknologi yang dikenal dengan teknologi bioremediasi merupakan salah satu
cara penanggulangan dari red tide yang ada kawasan perairan Marunda, Cilincing,
Jakarta Utara. Red tide yang dimaksud
merupakan peledakan populasi fitoplankton akibat melimpahnya bahan organik yang
menyebabkan pencemaran perairan. Beberapa cara penanggulangan dengan teknik
bioremediasi diantaranya: 1) stimulasi aktivitas mikroorganisme lokal dengan
penambahan nutrien dan pengaturan kondisi lingkungan; 2) inokulasi
mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotrasnsformasi ditempat tercemar; 3)
penambahan immobilized enzymes; 4)
menggunakan tanaman untuk mengurangi pencemaran. Bakteri yang dapat digunakan
sebagai biotransformasi diantaranya Sphingomonas
sp., Pseudomonas sp., Stenotrophomonas sp., Ochrobactrum sp., Alcaligenes sp., Pandorea sp., Labrys sp., dan Fusarium sp.
(Yetti, 2010).
Cara lain yang dapat
digunakan menggunakan teknologi lain yaitu menerapkan monitoring terpadu untuk
melacak perubahan lingkungan laut, aplikasi teknologi penginderaan jauh, dan
akustik tomografi. Pengurangan limbah akibat perindustrian dapat dikurangi
dengan menerapkan perencanaan AMDAL, memenuhi isntalasi pengolahan limbah, jauh
dari pemukiman warga, meminimalkan hasil limbah, serta limbah disaring, diencerkan,
diendapkan, dan dinetralkan telebih dahulu. Selain itu, sebaiknya dilakukan
gerakan penghijauan, reboisasi, pembuatan jalur hijau, pertahanan areal resapan
air, pembuatan sengkedan, dan memperkecil laju erosi.
DAFTAR PUSTAKA
Berita
Media. 2011. Ribuan Ikan di Marunda Mati Diduga Tercemar Limbah. http://www.
Investor.co.id [1 Desember 2012]
Lestari dan
Edward. 2004. Dampak pencemaran logam berat terhadap kualitas air laut dan
sumberdaya perikanan (studi kasus kematian massal ikan-ikan di Teluk Jakarta).
[Jurnal]. Kelompok Penelitian Pencemaran Laut, Balai Dinamika Laut, Pusat
Penelitian Oseanografi, Lambaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Vol. 8 No.2. Hal:
52-58
Mukhtasor. 2007.
Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Yetti,
Elvi. 2010. Inovasi Bioremediasi Laut. http://nasional.kompas.com/
read/2010/01/09/03512660/ [4 Desember 2012]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar