PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA
DEPARTEMEN BUDIDAYA
PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN
DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
Judul
|
:
|
Pembenihan Ikan Patin
Siam (Pangasius
hypopthalmus) di Balai Pengembangan
Budidaya Air Tawar (BPBAT) Subang
|
Nama
|
:
|
Intan Kurnia Sakarosa
|
NRP
|
:
|
C14100056
|
Pembimbing
|
:
|
Prof. Dr. Ir. Daniel
Djokosetiyanto, DEA.
|
Hari/tanggal
|
:
|
Rabu/22 Januari 2014
|
Waktu/tempat
|
:
|
10.00-11.00/R. Gambar
|
PENDAHULUAN
Ikan patin
merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis
tinggi, dan saat ini menjadi salah satu komoditas yang digalakan oleh KKP untuk
ditingkatkan produksinya. Produksi patin Indonesia pada tahun 2011 sekitar 229
ribu ton dengan data produksi benih sekitar 541 juta ekor (KKP 2012). Kebutuhan
untuk konsumsi cenderung semakin meningkat sebagai sumber protein hewani
(Arafah dan Carman 2008).
Salah satu instansi yang telah melakukan pengembangan budidaya
patin siam adalah Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Cijengkol Subang. Kegiatan
pembenihan patin terutama patin siam di BPBAT Subang sudah memiliki kapasitas
yang baik dalam pengembangan pembenihan air tawar terutama ikan patin. Kegiatan
yang telah terorganisir mulai dari kegiatan pemeliharaan induk, kultur pakan
alami, pemijahan dan pembenihan telaksana dengan baik. Di sisi lain balai
inilah yang menjadi Catfish Center di
wilayah Jawa Barat. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan dalam menhasilkan
benih- benih ikan catfish khususnya
patin tidak diragukan lagi.
METODE
PELAKSANAAN
Kegiatan
praktik lapangan pembenihan ikan patin telah dilaksanakan
pada
tanggal 24 Juni sampai dengan 3 Agustus
2013, bertempat
di Balai
Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Subang. Balai ini terletak di Jl.
Sukamandi-Purwadadi KM. 2, Desa Rancabango, Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten
Subang.
Komoditas yang akan dipelajari pada praktik lapangan
akuakultur ini adalah pembenihan ikanpatin
siam (Pangasiushypopthalmus). Adapunhal-hal yang
akandipelajaridandilaksanakanberkaitandenganpembenihanikanpatinbesertaaspek-aspekpendukunglainya.
Kegiatan lapangan pembenihan ikan patinini meliputi pengumpulan
data primer dan data sekunder yang dilaksanakan melalui:
1)
Mengikuti secara langsung seluruh kegiatan di lokasi
praktik dengan membantu pelaksanaan kegiatan budidaya guna meningkatkan keterampilan budidaya secara aplikatif.
2)
Mengobservasi
fasilitas dan kegiatan budidaya patin siam yang dilaksanakan.
3)
Melakukan
wawancara dalam bentuk tanya jawab (diskusi) dengan pimpinan operasional,
teknisi lapangan, staf pegawai dan pihak-pihak lain yang terkait atau kompeten
di bidang pendederan patin siam.
4)
Melakukan
studi pustaka dengan cara mencari keterangan ilmiah dan teoritis dari berbagai
kepustakaan yang relevan guna mencari solusi.
5)
KEADAAN UMUM
Unit Budidaya Air Tawar Subang (UPBAT)
didirikan pada tahun 1979 yang kemudian berganti nama menjadi Balai
Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Cijengkol, Subang. Balai Pengembangan
Budidaya Air Tawar (BPBAT) Subang sebagai salah satu UPTD milik Dinas Perikanan
dan Kelautan Provinsi Jawa Barat memiliki tugas dalam hal pengembangan komoditas
ikan patin. BPBAT Cijengkol Subang dibentuk sebagai sarana untuk memperoleh
pengetahuan dan teknologi tentang budidaya air tawar serta diharapkan dapat
meningkatkan ketrampilan, produksi, pendapatan, dan kesejahteraan petani ikan di daerah Jawa Barat.
Balai
Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Subang terletak di wilayah Pantai Utara
Jawa Barat yang beralamat di Jl. Sukamandi-Purwadadi KM 2, Desa Rancabango,
Kecamatan Patokbeusi, Subang dan memiliki lahan seluas 5 Ha. Luas areal secara keseluruhan 7,5 Ha terdiri
atas 5 Ha di lokasi utama BPBAT Cijengkol Subang, yang terdiri dari daratan
seluas 1,5 hektar dan perkolaman seluas 3,5 hektar dan 2,5 Ha di lokasi Desa Kalijati, Kecamatan
Jatisari, Kabupaten Karawang.
Tabel 1. Fasilitas utama di BPBAT Subang
No
|
Wadah
|
Bahan
|
Bentuk
|
Luas
|
Jumlah
|
1
|
Kolam pemeliharaan induk betina dan
induk jantan
|
Semi permanen
|
Persegi panjang atau segi tiga
|
200 m2 (betina)
50 m2 (jantan)
|
13 buah (betina)
6 buah (jantan)
|
2
|
Kolam penampungan induk betina dan
jantan
|
Permanen
|
Persegi panjang
|
20 m2
|
5 buah
|
3
|
Kolam pemeliharaan calon induk
|
Semi permanen
|
Persegi panjang atau segi tiga
|
900 m2 (betina)
210 m2 (jantan)
|
4 buah (betina)
12 buah (jantan)
|
4
|
Corong penetasan telur
|
Fibre
|
Kerucut (terbalik)
|
Diameter 45 cm, tinggi 45 cm
|
24 buah
|
5
|
Bak fibre penampungan larva
|
Fibre
|
Bulat
|
Diameter 150 cm dan tinggi 70 cm
dengan hapa berukuran 1 x 0,5 x 0,5 m3
|
3 buah
|
6
|
Bak fibre pemeliharaan larva
|
Fibre
|
Persegi panjang
|
Berukuran 2 x 1 x 0,6 m3
|
10 buah
|
7
|
Wadah penetasan pakan alami (siste Artemia)
|
Galon air bekas
|
Kerucut (terbalik)
|
15 liter/ galon
|
6 buah
|
8
|
Wadah penampungan pakan alami (cacing
sutra)
|
Fibre
|
Persegi
|
1x1x0.5m2
|
3 buah
|
Fasilitas utama lainnya yaitu sumber air
yang digunakan di
BPBAT Cijengkol, Subang berasal dari Sumber air tawar di BPBAT Cijengkol Subang berasal dari Bendungan
Jatiluhur dan 30% dari sumber air dari dalam tanah menggunakan sumur pompa.
Debit air yang masuk ke dalam perkolaman Bendungan Jatiluhur berkisar antara
50- 150 liter/ detik dengan tingkat kecerahan air 20- 40 cm.
Fasilitas pendukung
meliputi bangunan yang terdiri dari bangunan perkantoran merupakan tempat proses
administrasi berlangsung yang berhubungan dengan internal maupun eksternal
BPBAT Cijengkol Subang. Memiliki luasan 280 m2 sebanyak 1 unit.
Dengan fasilitas perabotan seperti meja, kursi, lemari, AC, infocus, notebook,
auditorium, dan Wi-Fi. Bangunan asrama memiliki luas 216 m2 sebanyak
1 buah. Lengkap dengan fasilitas kamar mandi dalam, 2 buah tempat tidur ukuran double, Televisi, dan AC (Air Conditioner) satu buah untuk
digunakan dua kmar sexara bersamaan. Gudang pakan yang terdapat di BPBAT
Cijengkol Subang memiliki luas bangunan rata- rata 25m2 sebanyak dua
buah bangunan. Berupa ruangan berbentuk persegi, lengkap dengan fentilasi dan
pintunya. Pakan dikemas di dalam karung pakan berukuran 10 kg secara bersusun.
Indoor hatcery merupakan tempat berlangsungnya kegiatan pembenihan ikan patin
siam maupun ikan lele sangkuriang di BPBAT Cijengkol Subang. Indoor hatcery
terdapat sebanyak 9 unit dengan luasan bangunan rata- rata 60 m2.
KEGIATAN PEMBENIHAN
Pemeliharaan Induk
Persiapan wadah dilakukan sebelum dilakukan kegiatan pemeliharaan
induk. Kegiatan persiapan wadah meliputi pengeringan kolam, pengadukan kolam,
pembuangan tanah hitam, pengkapuran, dan pengisian air total. Pengeringan kolam bertujuan untuk
menghilangkan dan membunuh patogen, dan memutus rantai hidup hama dan penyakit
pada kolam.
Langkah pengeringan kolam awalnya adalah dengan
membuka saluran outlet yang terdapat pada dasar- dasar tanah kolam yang telah
mengering. Saluran outlet yang dibuka akan ditutup dengan waring atau saringan
yang terbuat dari ember yang telah dilobangi. Hal ini bertujuan agar ikan yang
masih terdapat di dalam kolam tidak ikut hanyut atau lepas menuju saluran
outlet. Pengadukan kolam bertujuan untuk membolak balikan lapisan tanah agar mendapatkan
kualitas tanah yang diinginkan. Dilakukan pembuangan tanah hitam pada kolam
yang sedang dilakukan pengeringan. Hal ini dilakukan karena tanah hitam
tersebut dianggap mengandung racun dan membahayakan organisme yang dipelihara
di dalamya apabila dibiarkan. Proses pengkapuran dilakukan untuk menyetabilkan
pH tanah serta merupakan upaya pemberantasan hama dan penyakit. Setelah proses
pengkapuran, pengisisan air dilakukan pada pagi hari. Dengan membuka seluruh
saluran inlet yang terdapat pada kolam. Kolam diisi hingga mencapai ketinggian
1.5 meter.
Tabel 2. Data parameter kualitas
air
Parameter
|
Kolam induk betina
|
Kolam induk jantan
|
Suhu (oC)
|
26-27
|
27-30
|
pH
|
7,69-7,74
|
7,51-7,55
|
DO
|
3,3-3,4
|
2,1-4,3
|
Sampling kematangan gonad
dilakukan sebelum proses pemijahan sebanyak 1-2 kali dalam seminggu.Sampling kematangan gonad juga dilakukan secara
sekunder dengan cara mengamati ciri fisik pada tubuh induk. Selanjutnya pada induk betina dilakukan
pengecekan telur menggunakan kateter, sedangkan pada induk jantan pengecekan
sperma dilakukan dengan cara diurut bagian perut menuju anus (striping). Setelah induk jantan dan betina
diseleksi kemudian di pindahkan ke dalam kolam penampungan yang terpisah dan
dilapisi hapa.
Pemijahan
Induk
Pemijahan ikan patin
siam dilakukan dengan proses pemberokan. Proses pemberokan dilakukan dengan
menampung induk betina dan jantan ikan patin siam secara terpisah pada kolam
pemberokan. Kolam pemberokan berukuran 5 x 3 x 1 m3 sebanyak 5 buah.
Kolam diisi air hingga ketinggian 0.4 m dan pada setiap kolamnya dipasang
waring. Pemasangan waring bertujuan untuk memudahkan proses pengambilan dan
penangkapan induk saat akan dilakukan proses penyuntikan dan pemijahan. Selain
itu persiapan corong penetasan telur patin siam dengan air bersih dan system
resirkulasinya. Pada setiap corong diberikan resirkulasi air dengan tujuan
untuk menjaga ketersediaan oksigen selama proses penetasan telur.
Pemijahan buatan
yang dilakukan pada ikan patin dilakukan dengan dua tahapan. Penyuntikan dengan
Chorulon (HCG) pada induk betina ikan patin dan Ovaprim pada induk betina dan
jantan ikan patin. Penyuntikan dilakukan pada bagian otot dorsal, dengan
kemiringan jarum suntik 450. Perangsangan pematangan gonad bertujuan
untuk mematangkan telur dan memudahkan proses keluarnya telur induk betina ikan
patin. Penyuntikan pertama menggunakan HCG pada betina dengan dosis 1500 IU/3
kg induk dengan masing-masing indukan 500IU/kg Induk (1ml/kg induk) dengan dilakukan pengenceran menggunakan
solvent 1ml/500 IU HCG. Penyuntikan chorulon
pada pukul 20.00 -21.00 WIB, setelah 24-26 jam dari penyuntikan pertama
dilakukan penyuntikan kedua menggunakan ovaprim. Dosis ovaprim yang digunakan
yaitu 0,6 ml/kg betina dan 0.3 ml/kg jantan dengan 0,2 ml/kg akuabides untuk
pengenceran pada jantan. Setelah kurang lebih 10 jam setelah penyuntikan.
Sperma pada induk jantan diambil dan dimasukkan ke dalam botol yang telah
berisi larutan fisiologis 0,9%. Selanjutnya dilakukan pengurutan pada induk betina untuk
mengeluarkan telurnya.Telur
kemudian ditampung dalam baskom sambil ditambahkan kurang lebih 5ml- 10 ml sperma tadi sambil terus diaduk dengan menggunakan
bulu ayam
selama 2 menit. Tambahkan air
mineral dan air bersih lalu didiamkan selama 2 menit, busa-busa yang terdapat di atas permukaan telur dibuang. Kemudian diberi
air tanah liat sebanyak kurang lebih 1 L dan dikocok selama 3 menit untuk menghilangkan daya rekat
telur. Lalu air
tanah liat dibuang dan telur dibilas dengan menggunakan air bersih dan
disaring. Telur yang sudah bersih kemudian dimasukkan ke dalam corong penetasan
dengan
takarankisaran
300 gram telur/corong. Setelah kegiatan pemijahan dilakukan penyuntikan suplement berupa omegasqua sebanyak 1 ml/induk betina(1 kapsul) dan klorofil sebanyak 1 ml/
kg bobot induk
betina dan jantan.
Setelah proses pemijahan,
induk betina ikan patin siam diberikan klorofil dan suplemen makanan berupa
minyak ikan (omegaskua). Pemberian klorofil dan omegaskua dengan cara
penyuntikan pada bagian otot dorsal induk ikan patin. Pemberian klorofil dan
omegaskua ini bertujuan untuk pemulihan kondisi induk setelah dilakukan proses
pemijahan. Pada induk patin siam betina tersebut diberikan 5 ml klorofil/ ekor
dan 1 ml omegaskua/ ekor.
Sedangkan pada induk jantan patin siam diberikan 5 ml klorofil/ ekor. Klorofil disuntikkan pada sisi kiri otot dorsal dan omegaskua pada sisi
kanan otot dorsal atau sebaliknya.
Penetasan
Telur dan Pemanenan Larva
Penetasan
telur ikan patin siam di BPBAT Cijengkol Subang dilakukan di Corong Penetasan
berbentuk kerucut dengan dimensi diameter 45 cm dan tinggi 60 cm. Corong
dipersiapkan dan dibuka saluran inlet pada setiap corongnya. Air masuk dari
penampungan air melalui saluran inlet corong menuju ke dalam corong. Lalu
corong dibersihkan dengan busa pembersih hingga tidak lagi ada kotoran yang
menempel, dan corong disifon hingga habis dan dikeringkan dengan busa.
Selanjutnya corong diisi dengan air hingga ketinggian 30 cm. Telur dimasukkan ke dalam setiap corong
sebanyak 300 gram. Kran air dibuka dengan harapan air mengalir dan mengaduk
telur untuk membantu proses penetasan telur. Telur yang menetas akan berenang
ke atas dan mengikuti saluran outlet menuju ke dalam hapa bak penampungan
larva. Sedangkan telur yang tidak menetas akan tetap berada di dasar corong. Telur
akan menetas setelah 18-24 jam. Larva yang telah menetas akan tertampung dalam
bak penampungan. Pada bak tersebut telah dipasang hapa berukuran 1x1x0,5m untuk
mempermudah pemanenan larva. Kemudian larva dihitung dengan menggunakan sendok
takarn yang berisi 10.000-15.000 ekor larva. Larva kemudian di packing dengan
cara dimasukan oksigen dengan perbandingan air dan oksigen 1: 3.
Tabel Bobot induk,
bobot telur dan jumlah larva yang dihasilkan di BPBAT Subang periode 24 Juni- 2
Agustus 2013.
Tanggal
|
Bobot induk
|
Bobot telur
|
Fekunditas
|
Jumlah telur
|
Jumlah larva
|
HR (%)
|
(kg)
|
||||||
27-Jun-13
|
40
|
3
|
94575
|
3.783.000
|
2.200.000
|
58,15
|
04-Jul-13
|
35
|
2
|
72058
|
2.522.030
|
2.000.000
|
79,30
|
11-Jul-13
|
27
|
1,5
|
70056
|
1.891.512
|
1.100.000
|
58,15
|
18-Jul-13
|
40
|
3
|
94575
|
3.783.000
|
2.200.000
|
58,15
|
23-Jul-13
|
50
|
4
|
100880
|
5.044.000
|
2.800.000
|
55,51
|
30-Jul-13
|
30
|
2
|
84067
|
2.522.010
|
1.950.000
|
77,32
|
Pemeliharaan Larva
Penebaran larva ikan patin siam di BPBAT Cijengkol Subang dilakukan di
bak pemeliharaan larva yang terbuat dari fiberglass berbentuk persegi panjang,
berukuran 2 x 1 x 0.6 m3.Bak dipersiapkan satu minggu sebelum
dilakukan penebaran larva. Bak pemeliharaanlarva dibersihkan menggunakan spons,
disipon dengan selang berukuran 1 inci, dan dibiarkan hingga kering selama 1-2
hari di dalam ruangan hatchery.
Setelah itu bak diisi air sampai ketinggian air mencapai 25-30 cm dengan
dilengkapi2 titik aerasi dan lampu pencahayaan 2 buah setiap baknya.
Umur benih (hari)
|
Jenis Pakan
|
Feeding Frek.
|
Feeding Rate
|
Feeding Time
|
Feeding Schedule
|
|
D.0
|
Yolk
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
D.1
– D.5
|
Artemia
|
12
kali/hari
|
ad. libitum
|
18.00, 20.00, 22.00,
24.00, 02.00, 04.00, 06.00, 08.00, 10.00, 12.00, 14.00, 16.00
|
pagi,siang,
sore, malam
|
|
D.5
– D.19
|
Cacing
sutra dicacah
|
6
kali/hari
|
20-30
%/hari
|
17.00, 21.00, 01.00,
05.00, 09.00, 01.00
|
--“--
|
|
D.19
– D.30
|
Pellet
581-L
|
3
kali/hari
|
ad.satiation
|
08.00, 17.00, 21.00
|
--“--
|
Penyiponan di bak pendederan dilakukan pada hari ke 2 setelah
larva ditebar dan pergantian air dilakukan setelah larva berumur 5 hari
biasanya dilakukan pada pagi hari sebelum diberi pakan. Air di dalam bak dikurangi sebanyak 40% dengan cara
disedot menggunakan selang berukuran 2 inci sambil disifon dan dilakukan
pengairan air masuk pada wadah pemeliharaan. Debit air yang digunakan saat
pengairan yaitu 0,42 L/detik. Selain itu juga dilakukan pengukuran kualitas air
yang meliputi suhu, pH, dan DO. Kisaran suhu pada wadah pemeliharaan larva
patin berkisar 26-29oC, pH
berkisar 7-8 dan pengukuran DO yang didapat berkisar 2-3. Pencegahan hama dan penyakit juga dilakukan dengan
cara pencucian cacing hingga bersih, pengurangan pemberian pakan, karantina
ikan sakit dengan penambahan air garam, dan pemberian otc pada wadah
pemeliharaan larva setelah dilakukannya greding untuk menyembuhkan luka.
Sampling pertumbuhan dilakukan satu minggu sekali untuk mengetahui panjang dan
bobot benih yang dipelihara.
Sampling
dan sortir dilakukan ketika ukuran larva telah mencapai 1 inci. Proses sortir
dilakukan menggunakan ember dengan diameter 30 cm, tinggi 20 cm yang telah
dilobangi permukaannya ± 0.5 cm. Sebelum dilakukan proses sortir dilakukan
pemberokan. Tujuan dilakukan sortir adalah memisahkan benih yang berukuran
besar dan kecil untuk menghindari adanya persaingan dalam mendapatkan makanan.
Pengambilan data dan sampling dilakukan satu minggu sekali dengan mengukur
panjang baku dan bobot benih yang dipelihara.
Kultur
Pakan Alami
Kultur pakan alami Artemia sp. digunakan
dalam kegiatan pemeliharaan larva dan benih ikan patin ini.
Larva ikan mulai aktif makan setelah 24-36 jam setelah menetas, sehingga harus
diberikan pakan dari luar. Siste Artemia diteaskan
kedalam wadah galon bekas, ditambahkan ± 15 L air untuk melarutkan 500 gram
garam untuk mencapai salinitas 29-30 ppt,
dan aerasi kuat. Berkisar 20- 24 jam siste Artemia sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam wadah akan menetas dan
mengitari arah cahaya di kolom air. Pemanenan dilakukan dengan cara
menyipon bagian kolom air yang berisi artemia yang telah menetas. Kemudian
dimasukkan kedalam ember lalu disaring menggunakan plankton net dan dicuci
bersih. Selanjutnya artemia yang sudah disaring dimasukkan ke dalam ember lalu
diisi air sebanyak 10 liter dan siap untuk diberikan ke dalam setiap bak dengan
cara disebar sebagai pakannya.
ASPEK USAHA PEMBENIHAN
Larva patin yang dijual di BPBAT
Cijengkol, Subang berumur satu hari dengan harga jual Rp 5/ekor. Tujuan
pemasaran larva patin adalah para petani pendederan yang berasal dari Plasma
Desa Sengon kec. Sukamandi, Tanggerang, Bekasi, Sukabumi, Bogor, Purwakarta, Karawang, Bandung
dan Depok. Transaksi
jual beli dilakukan langsung dilokasi, para pembeli datang langsung untuk mengambil
larva yang telah dipesan. Pemesanan biasanya dilakukan melalui via telepon
agar lebih efisien.
Diasumsikan
dalam1 tahun terjadi
48 siklus. Jumlah induk yang dipijahkan/siklus yaitu, induk betina 15 ekor dan induk jantan
26 ekor. Bobot rata-rata induk betina 3 kg dan bobot rata-rata induk jantan 2
kg. Pada pemeliharaan induk dilakukan pemberian pakan dengan FR 2%. Pada
proses pemijahan dibutuhkan chorulon 2 set,
ovaprim 4 botol, aquabides 1 botol (50 ml).Fekunditas ikan patin berdasarkan
perhitungan sekitar 86.035 butir/kg induksehingga jumlah telur dalam satu kali pemijahan
3.871.575 butirdengan
FR 93% dan HR 64,43%.
Analisis
Usaha di Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar Subang
ANLISIS USAHA PEMBENIHAN
PATIN
|
|
Biaya investasi
|
253.875.000
|
Biaya tetap
|
238.081.500
|
Biaya variabel
|
118.464.000
|
Biaya total
|
356.545.500
|
Produksi
|
111.352.512
|
Harga/unit
|
5
|
Penerimaan
|
556.762.560
|
Keuntungan
|
200.217.060
|
BEP (Rp)
|
238.081.500
|
BEP (Unit)
|
47.616.299
|
HPP
|
3,2
|
PP
|
1,3
|
R/C
|
1,6
|
R/C merupakan perbandingan antara total penerimaan (TR) dengan
total biaya (TC). Suatu usaha dikatakan layak jika R/C ratio lebih dari 1. R/C
ratio usaha pembenihan di BPBAT Cijengkol sebesar 1,6 artinya bahwa setiap Rp 1
yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,6 atau memperoleh
keuntungan sebesar 0,6.Payback Period merupakan tingkat atau
waktu yang diperlukan untuk pengembalian investasi atau modal yang ditanamkan. Modal/investasi yang ditanamkan untuk usaha pembenihan akan
kembali dalam waktu 1,3 tahun.
KESIMPULAN
DAN SARAN
BPBAT Subang merupakan balai yang dijadikan pedoman
bagi usaha pembenihan khususnya ikan patin. Hal ini dikarenakan BPBAT Subang
memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan tenaga ahli dan kemampuan dalam
pemenuhan kebutuhan benih ikan patin se Jawa Barat. Saran yang dapat diberikan untuk
mahasiswa yang akan melakukan praktik lapangan di BPBAT Subang sebaiknya
mencoba untuk mengikuti kegiatan dipembenihan dan pendederan ikan lele serta pendederan ikan patin dan mengikuti kegiatan
pendederan di Plasma Binaan Desa Sengon kec. Sukamandi.
DAFTAR PUSTAKA
Arfah H, Carman O. 2008.
Manipulasi hormon dan suhu untuk produksi jantan homogametik (xx) dalam rangka
pengembangan budidaya monoseks betina ikan patin Pangasius hypopthalmus.
Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(1):33-38.
BPBAT [Balai Pengembangan Air
Tawar]. 2009. Data Arsip BPBAT Subang. [diunduh 2013 Desember 4]. http://diskanlut.jabarprov.go.id/data
/arsip/BPBAT Subang.pdf.
KKP [Kementerian Kelautan dan
Perikanan]. 2012. Rekapitulasi produksi benih nasional. [diunduh 2013
Mei 04]. http://perbenihan-budidayaa.kkp.go.id